Minggu, 24 Desember 2017

Setiap Insan Pemikiran Berbeda, Tergantung Realita Hidup



Assalammualaikum sahabat penulis. Apa kabar semua..semoga sehat selalu. Ini tulisanku tidak terlalu banyak, tetapi semoga siapa yang sempat membaca dapat mengambil makna. Selamat membaca!!
Setiap orang pasti punya hidup yang berbeda, ada suka dan dukanya. Dalam hal bercerita aku lebih suka menceritakan diriku sendiri sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Baru baru ini aku berkumpul dengan orang-orang yang ku kenal dalam suatu acara. Dari pertama aku datang mereka bertanya kepadaku. Udah selesai kuliah ma? Serontak aku menjawab, nunggu wisuda lagi bulan 2. Aku mulai menjawab satu persatu pertanyaan mereka yang akhir aku ditanya sekarang kerja apa? Dimana? Gaji berapa. Aku menjawab aku kerja biasa-biasa aja dan gaji yang itu lumayan bagiku. Salah satu mereka menjawab, sedikit sekali?. Aku hanya menjawab aku bekerja untuk kepentingan wisudaku dan untuk mengisi kegiatan menjelang wisuda.
                       (Munaqasah, 27 September 2017) Alhamudulillah S.I.Kom
Nah, dimulai pembicaraan itu kami saling menyambut kalimat masing-masing. Semakin dalam aku menceritakan mengapa aku berkerja sekarang. Aku mengatakan kalau aku butuh uang untuk biaya wisudaku dengan perincikan biaya yang sangat banyak bagiku. Mereka hanya merespon, itu belum seberapa bagi mereka karena mengatakan bahwa anakku lebih dari itu dan itu mahal dibandingkan kamu. Sedikit dalam hati rasa bergejolak ingin marah, dan aku menjawab, orang sepertiku itu banyak bagiku. Kenapa? Karena aku berusaha untuk mencari biaya dari diriku sendiri, aku harus berkerja sekarang dengan penghasilan lumayan bagiku sehingga aku bisa menghitung-menghitung sendiri apa yang ku perlukan. Ku menjawab lagi, siapa yang mau membantuku itu diriku sendiri. Saudara-saudara hanya bisa membantu sedikit.
Aku dari dulu memang tidak hidup berkucupan soal biaya-biaya pendidikan. Tetapi semangat ingin bersekolah seperti orang lain selalu menguasai diriku. Keluarga yang tak mampu bagiku bukanlah suatu pengahalang untuk membuatku ingin maju. Walaupun kupunya saudara-saudara yang serba kecukupan, mereka hanya sedikit bisa membantu. Kuliah jauh dari kampung tempat tinggal sehinggaku dan saudaraku yang lain membutuhkan tempat tinggal yaitu rumah saudaraku sendiri. Dan aku sangat bersyukur sekali kami disini dibantu walaupun sebisa mereka.
Semenajak ibuku tiada, kami tak banyak mengharap dari siapapun. Kami memilki seorang ayah yang sudah tuapun kami tidak bisa berharap banyak. sebelum pendaftaran wisuda kemaren, aku menangis dari mana aku dapat biaya cetak skripsiku. Bukan aku tak berusaha, aku berusaha sama teman-temanku untuk meminjam. Yang kupinjam itu lebih sedikit dari berapa gajiku. Inilah alasanku mengapa aku sangat marah dengan seseorang yang menyamakanku dengan hidup mereka yang serba berkecukupan. Karena mereka hanya menampung tanpa rasanya susah mendapat uang.
Dulu ketika SMA… aku ingin punya sebuah hp murah... aku mendulang berbulan-bulan sampai ku dapat uang untuk membelinya. Alhamdulillah aku dapat juga beli hp.
Dulu aku ingin punya laptop, aku harus menderes karet pulang sekolah untuk mendapat uang dp dan melunasinya beberapa tahun walaupun itu tetap dibantu. Alhamdulillah sampai sekarang aku dapat memakai laptop yang ku dapatkan ketika kelas 2 SMA dulu.
So, kepada pembaca yang sempat membaca dan menemukan tulisanku ini semoga menjadi orang yang sukses walaupun kisah kalian lebih pahit dariku, karena aku merasa masih ada diluar sana yang lebih susah dariku.
Sekian dulu yah sahabat penulis, akhir kata cintailah diri sendiri.. terimakasih wassalam