Sabtu, 16 April 2016

Analisis Kultivasi dan Teori Kegunaan dan Gratifikasi



BAB 22 dan 23
Analisis Kultivasi dan Teori Kegunaan dan Gratifikasi
Mata Kuliah : Teori Komunikasi
Dosen Pengampu : DR. Nurdin, MA
DI SUSUN
OLEH
Kelompok 9
M. Iqbal Harahap
Wama Ramaita
Mukriadi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
 2015
BAB 22
ANALISIS KULTIVASI
(Berdasarkan Penelitian George Gerbner)
1.      Latar Belakang Teori
Televisi merupakan bagian yang sama pentingnya dalam pengalaman manusia di Amerika Serikat dengan keluarga. Seluruh Negara bagian kita, orang menonton berbagai macam program televisi, mulai dari opera sabun hingga C-SPAN.  Merespons keberadaan televisi di dalam masyarakat lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, George Gerbner dan koleganya Lawrence Gross (1972) menyatakan bahwa orang menonton televisi seakan mereka sedang berada dalam gereja, kecuali mereka menonton televisi dengan lebih religius.
Dalam mengawali apa yang kemudian akan dikenal dengan sebagai Analisis Kultivasi, mereka sedang membuat argument kausal (causal argument). Analisis Kultivasi adalah sebuah teori yang memprediksi dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dan pesan-pesan media. Garis pemikiran Gerbner dalam Analisis Kultivasi menunjukkan bahwa komunikasi massa, terutama televisi, mengultivasi keyakinan tertentu mengenai kenyataan yang dianggap sebagai suatu yang umum oleh konsumen komunikasi massa.
Pada tahun 1970-an, pandangan Gerbner bahwa pesan-pesan media mengubah pemikiran tradisional mengenai waktu, ruang, dan pengelompokan sosial merupakan tantangan langsung terhadap pemikiran yang saat itu ada bahwa media memiliki sedikit, jika ada, pengaruh terhadap individu dan budaya. Analisis Kultivasi dikembangkan sebagai respons terhadap paradigm dampak terbatas yang dominan pada masa itu.
2.      Prosedur dan Mekanisme Teori
Pengembangan Analisis Kultivasi
Gerbner  pertama kali menggunakan istilah Kultivsi pada tahun 1969, tetapi Analisis Kultivasi, sebagai teori yang unik dan berpengaruh, tidak muncul dalam beberapa tahun. Teori ini berevolusi seiring waktu melalu serangkaian langkah-langkah metodologis dan teoritis yang dilakukan oleh Gerbner dan koleganya, dan hal ini menunjukkan perkembangan tersebut.
Selama masa 1960-an, minat terhadap dampak media, terutama dampak televisi, sangat tinggi. Pemerintah federal mengkhawatirkan dampak media terhadap masyarakat, terutama kontribusi media yang mungkin menaikkan tingkat kekerasan di kalangan kaun muda. Tugas Gerbner adalah untuk menghasilkan sebuah Indeks Kekerasan (Violence Index), sebuah analisis isi tahunan yang di lakukan untuk menganalisis sampel mingguan mengenai isi dari prime-time  televisi jaringan yang akan diputar, dari musim ke musim, seberapa kekerasan yang sebenarnya ada di televisi.
3.      Asumsi Teori
Asumsi teori Analisis Kulitivasi yaitu sebagai berikut:
a.       Keunikan dari Televisi
Televisi adalah satu-satunya medium yang pernah diciptakan yang tidak memiliki batasan usia. Maksudnya, orang dapat menggunakannya dalam tahun-tahun awal dan akhir dari kehidupan mereka, dan juga tahun-tahun diantaranya. Televisi berada di dalam lebih 98 persen rumah di Amerika serikat. Keunikan televisi adalah televisi tidak membutuhkan kemampuan membaca, sebagaimana media cetak. Televisi tidak seperti film, televisi pada dasarnya gratis (selain biaya yang dikeluarkan pertama kali untuk pesawat dan biaya iklan yang ditambahkan para produk-produk yang kita beli). Televisi tidak seperti radio, televisi mengombinasikan gambar dan suara. Televisi tidak membutuhkan mobilitas, sebagaimana pergi ke tempat ibadah minsalnya, atau pergi ke bioskop atau teater.
b.      Dampak dari Televisi
Berbara Wilson dan koleganya (Wilson, Martin, & Marske, 2005) menemukan bahwa orang tua yang memberikan perhatian besar pada berita televisi berpikir bahwa anak-anak mereka memiliki resiko penculikan yang lebih besar dibandingkan orang tua yang lebih jarang menonton televisi. Berdasarkan asumsi ini, Analisis Kultivasi memberikan cara pemikiran alternative mengenai kekerasan dalam TV. Beberapa teori, seperti teori pembelajaran Sosial-Social Learning Theory (Bandura, 1977), mengasumsikan bahwa kita cenderung melakukan kekerasan setelah terpapar kekerasan itu sendiri. Pendekatan lain,seperti pemikiran mengenai katarsis, menyatakan bahwa menonton kekeraskan akan membersihkan diri kita dari dorongan untuk melakukan kekerasan dan tindakan melakukan kekerasa menjadi berkurang. Analisis Kultivasi tidak menyatakan mengenai apa yang kita lakukan berdasar menonton televisi yang penuh kekerasan melainkan, teori ini mengasumsikan bahwa menonton televisi yang penuh dengan kekerasan akan membuat kita merasa takut karena televisi menanamkan di dalam diri kita dunia yang kejam dan berbahaya.
c.       Dampak dari Televisi terbatas
Asumsi ini terdengar aneh, namun kontribusi kepada budaya yang dapa diamati, diukur, daan idependen relatif kecil. Ukuran dari dampak jauh lebih tidak penting dibandingkan dengan arah ari kontribusinya yang berkelanjutan (Gerbner Gross, Morgan, & Signorielli, hal. 14). Argumen ini menyatakan bahwa dampak  dari televisi tidak memiliki konsekuensi. Sebaliknya, walaupun dampak televisi terhadap budaya yang dapat diukur, diamati, dan idependen pada suatu titik waktu tertentu mungkin terlihat kecil, dampak ini tetapi tetap saja ada dan signifikan. Lebih lanjut, Gerbner dan koleganya menyatakan bahwa ini bukan merupakan kasus dimana menonton tayangan program televisi tertentu akan menyebabkan suatu perilaku tertentu, tetapi menonton secara umum memiliki dampak yang kumulatif dan menyebar luas terhadap pandangan mengenai dunia.
4.      Prinsip-prinsip Konsepsional Teori
Proses dan Produk Analisis Kultivasi
1.      Proses Empat Tahap
a.       Tahap pertama: analisis sistem pesan, terdiri atas analisis isi mendetail dari pemograman televisi untuk menunjukkan presentasai gambar, tema, nilai, dan penggambaran yang paling sering berulang dan kosisten.
b.      Tahap kedua: formulasi pertanyaan mengenai realitas sosial penonton, melibatkan penyusunan pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan sehari-hari mereka.
c.       Tahap ketiga: menyurvei khalayak, mensyaratkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dari tahap kedua diberikan kepada anggota khalayak dan bahwa para peneliti menanyakan para penonton ini mengenai level komsumsi televisi.
d.      Tahap keempat: memandingkan realitas sosial dari penonton kelas berat dan kelas ringan. Pononton kelas berat adalah yang paling sering mononton dari sekelompok sampel yang diukur, sementara pononton kelas ringan adalah mereka yang paling sedikit menonton.

2.      Pangarustamaan dan Resonansi
Cara memberikan kontribusi pada konsepsi penonton mengenai realitas sosial yaitu:
Cara pertama adalah pangarustamaan. Pangarustamaan (mainstreaming) terjadi ketika, terutama bagi penonton kelas berat, simbol televisi mendominasi sumbwer informasi lainnya dan ide mengenai dunia. Karena menonton televisi terlalu banyak, kontruksi realitas sosial seserang bergerak kearah mainstream. Pangarustamaan berarti bahwa para penonton televisi kelas berat dari kobudaya (budaya pendamping) yang berbeda cenderung untuk memiliki keyakinan mengenai dunia yang sama dengan anggota dari kelompok kobudaya yang berbeda. “perbedaan yang biasanya dihubungkan dengan berbagai kareakteristik budaya, sosial, dan budaya, sosial, dan politik dari kelompok-kelompok ini dkurangi di dalam respons para penonton kelas berat di dalam kelompok-kelompok ini” (hal. 183).
Cara kedua adalah Resonansi. Resonansi terjadi ketika  hal-hal di dalam televisi, dalam kenyataannya, kongruen dengan realitas keseharian para penonton. Dengan kata lain, realitas eksternal objektif penonton beresonansi dengan realitas dunia yang penuh kekerasan di televisi beresonansi di lingkungan perumahan mereka yang mulai kacau.
3.      Indeks Dunia yang Kejam
Hasil dari Analisis kultivasi adalah Indeks Dunia yang Kejam (Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli) , yang terdiri atas tiga pernyataan:
·        Kebanyakan orang berhati-hati untuk diri mereka sendiri.
·        Anda tidak dapat terlalu hati-hati dalam berususan dengan orang.
·        Kebanyakan orang akan mengambil keuntungan dari Anda jika mereka memilki kesempatan.
Gerbner dan koleganya (1980) menunjukkan efektivitas Indeks Dunia yang Kejam mereka dalam sebuah kajian yang menunjukkan  bahwa penonton kelas berat cenderung melihat dunia sebagai tempat yang kejam dibandingkan penonton kelas ringan. Gerbner dan koleganya juga mengindentifikasi beberapa area lain dimana kedua jenis penonton ini akan memiliki pebedaan. Mereka memasukkan keyakinan merek mengenai kecenderungan keterlibatan dalam kejahatan dengan tindak kekarasan, rasa takut mereka saat berjalan pada malam hari, dan presepsi mereka mengenai penegak hukum.

Analisis Kultivasi sebagai Teori Kritis
            Analisis kultivasi telah memberikan kontribusi penting pada pemikiran konmporer mengenai komunikasi massa. Horace Newcomb (1978), salah seorang komentator awal mengenai Analisis Kultivasi, menulis mengenai Gerbner dn kolega-koleganya: “Perkiraan mereka untuk mengumpulkan data dengan dasar sistematis dan jangka waktu panjang, untuk keluar dari laboratorium dan menjauh dari model ekspresimental tertutup, akan membuat peneliti lainnya mampu menghindari kesalahan yang fatal. Materi mereka sangat kaya akan informasi” (hal.281).
            Analisis kultivasi adalah teori yang kritis, sebagaimana yang dibahas dalam bab 3, karena teori tertarik dengan cara komunikasi memperbesar dominasi dari satu kelompok terhadap kelompok lainnya (Littlejohn & Joss, 2005). Analisis Kultivasi, sebagai teori yang kritis, mempelajari institusi sosial yang sangat penting (televisi) dalam hal bagaimana ia menggunakan fungsi penceritaan kisahnya untuk kepentingan satu pihak dibandingkan kepentingan seluruh masyarakat yang lebih luas.
5.      Kritik dan Penutup
Gerbner dan koleganya telah begitu berpengaruh dalam mengindentifikasi televisi sebagai kekuatan pembentuk di dalam masyarakat. Analisis Kultivasi membantu menjelaskan implikasi dari kebiasaan menonton, dan teori ini telah menjadi teori yang begitu popular dalam penelitian komunikasi massa. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jennings Bryant dan Dorina Miron (2004) yang menyurvei hampir 2.000 artikel yang diterbitkan oleh tiga jurnal komunikasi massa terkemuka sejak tahun 1956, Analisis Kultivasi adalah teori ketiga yang paling banyak digunakan setelah Uses and Grafications dan Agenda Setting.
Heurisme
            Ketika membahas Analisis Kultivasi berdasarkan kriteria dari Bab 3, ditemukan bahwa teori ini cukup baik dalam hal heurisme. Contohnya, Analisis Kultivasi telah diaplikasikan pada kejahatan (Signorielli, 1990), ketakutan akan menjadi korban (Sparks & Ogles, 1990), sikap terhadap rasisme (Allen & Hatchett,1986), perasaan teralienasi (Morgan, 1986), kecemasan (Zilman & Wakshlg, 1985), sterotip gender (Carveth & Alexsnder, 1985; Preston, 1990), kekayaan (Potter, 1991), orang lanjut usia (Gerbner et al., 1980), sterotip Amerika (Tan, 1982), kebebasan sipil (Carlson, 1983), perceraian (Potter, 1991), materialism (Reimer & Rosengren, 1990), nilai (Potter, 1993), isu (Molitor, 1994; Potter, 1991, dan TV berbahasa Spanyol (Glascock & Ruggerio, 2004).
            Analisis kultivasi telah dikritik berkaitan dengan beberapa kriteria lainnya, termasuk konsistensi logis, kegunaan dan pengujian waktu berjalan.
·        Konsistensi logis
Para kritikus yang mencari kesalahan dalam konsistensi logis Analisis Kultivasi melihat bahwa metode-metode yang digunakan oleh para peneliti CA tidak sesuai dengan jangkauan konseptual teori ini. Mereka melihat bahwa penelitian yang mendukung Analisis Kultivasi menggunakan metode sosial ilmiah yang biasanya dihubungkan dengan prespektif transmisional dan penemuan dampak terbatas. Tetapi, Analisis Kultivasi mempelajari pertanyaan budaya yang lebih besar yang biasanya yang ditanyakan oleh para humanis. Horace Newcomb (1978) menulis bahwa, “lebih dari usaha penelitian lain dalam area kajian televisi, karya Gerbner dan Gross dan kolega mereka duduk tepat pada persimpangan dari ilmu sosial dan humaniora”, (hal. 265).
·        Kegunaan
CA juga dikritik karena klaim-klaimnya tidak selalu berguna didalam menjelaskan fenomena yang ingin diteliti: bagaimana orang memandang dunia. Pertama, Newcomb (1978) berargumen bahwa kekerasan tidak menampilkan secara seragam ditelevisi sebagaimana diasumsikan oleh CA, jadi televisi tidak dapat bertanggung jawab sepenuhnya untuk menumbuhkan perasaan realitas yang sama bagi semua penonton.
·        Pengujian dan Waktu Berjalan
Sebagaimana telah kita lihat, CA bersifat heuristic, tetapi terdapat dua isu yang mulai menentang toeri ini setelah tiga puluh tahun munculnya. Pertama, kajian-kajian yang didasarkan pada prinsip-prinsipnya gagal untuk menemukan hasil yang konsisten dengan prediksi-prediksi CA. Leo Jeffer, David Atkin, dan Kimberly Neuendorf (2001) misalnya, menemukan bahwa penonton televisi kelas berat justru memiliki keragaman pendapat mengenai isu-isu publik dan tidak mengarahkan persepsi orang ke dalam mainstream sebagaimana diprediksikan oleh CA.
            Kedua, sebgaimana diamati oleh James Shanahan dan Michael Morgan (1990), zaman dan penggunaan media berubah: “ketika semakin banyak orang tumbuh bersama televisi, sangat mungkin bahwa akan menjadi sangat sulit untuk membedakan antara penonton kelas ringan dan penonton kelas berat.
6.      Kesimpulan Teori
Teori Analisis Kultivasi ini muncul di latarbelakangi adanya aktivitas masyarakat menonton, seperti penonton sedang dan penonton berat. Dalam pengembangan Analisis Kultivasi, banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas menonton masyakat pada masa 1960-an, adanya kontribusi kenaikan tingkatan kekerasan.Asumsi Analisis Kultivasi  yaitu, keunikan dari televisi, dampak dari televisi, dan dampak dari televisi terbatas. Proses dan Produk Analisis Kultivasi didalamnya terdapat proses empat tahap, pangarustamaan dan resonansi, dan indeks dunia yang kejam. Analisis kultivasi ini dianggap sebagai teori yang kritis karena fungsi penceritaan kisahnya dipentingkan untuk satu pihak dibandingkan kepentingan masyarakat luas. Teori ini mendapatkan kritikan dalam segi heriusme, kosistensi logis, kegunaannya, dan pengujian waktu berjalan.













BAB 23
TEORI KEGUNAAN DAN GRATIFIKASI
(Berdasarkan Penelitian Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevicth)
1.      Latar Belakang Teori
Semua orang ketika berurusan dengan media massa selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Sebelum mengambil keputusan mengenai media massa yang akhirnya dipilih untuk dikonsumsi, orang-orang selalu diperhadapkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pada awal media massa (er korn, radio, dn film), teori masyarakat massa menyatakan bahwa adalah korban tak berdaya dari kekuatan media massa. Namun teori ini di tentang karena orang tidak secara langsung dipengaruhi media; namun ketika mereka dipengaruhi, tidak akan dipengaruhi secara sama.
Selanjutnya muncul teori Pengaruh Terbatas yang menyatakan bahwa pengaruh media dibatasi oleh aspek-aspek tertentu dari kehidupan personal dan sosial khalayak. Pendektan pertama dari teori ini melihat kekuatan media dibentuk oleh faktor-faktor personal seperti kecerdasan dan penghargaan diri, contoh orang pintar adalah orang yang mampu bertahan dari dampak media yang tak diinginkan. Pendekatan kedua melihat kekuatan media terbatas oleh sosialisasi anggota khalayak dan afiliasi kelompok. Dengan demikian orang memiliki sedikit pilihan pribadi dalam menginterprestasikan makna pesan yang dikonsumsi serta pengaruh pesan terhadap dirinya. Namun Elihu Katz, Jay. G. Blummer, dan Michael Gurevicth datang dengan pemikiran mengenai peran anggota khalayak dalam proses komunikasi massa yang dirumuskan dan teori Kegunaan dan Gratifikasi.
2.      Prosedur dan Mekanisme Teori
Tahapan Dalam penelitian Kegunaan dan Gratifikasi
Teori Kegunaan dan Gratifikasi adalah perluasan  dari teori kebutuhan dan motivasi (Maslow, 1970). Dalam teori kebutuhan dan motivasi, Abraham Maslow menyatakan bahwa orang­­­­ seorang secara aktif beusaha untuk memenuhi hierarki kebutuhannya. Setelah mereka memperoleh tujuan yang mereka cari pada suatu tingkat hierarki, merek dapat bergerak ke tahap berikutnya. Gambaran mengenai manusia sebagai seseorang yang aktif, berusaha untuk memuaskan kebutuhannya, sesuai dengan ide yang dibawa Katz, Blumler, dan Gurevitch kedalam kajian mereka mengenai bagaimana manusia mengonsumsi komunikasi massa.
Tahapan penelitian Kegunaan dan Gratifikasi oleh Herta Herzorg (1994), yaitu:
1.      Tahap awal, dia beruhasa membagi alasan-alasan orang melakukan bentuk-bentuk yang berbeda mengenai perilaku media, seperti membaca surat kabar dan mendengarkan radio.
2.      Tahap kedua,  dimulai ketika para peneliti mulai menciptakan tipologi yang mewakili semua alasan yang dimiliki orang menggunakan media. Alasan para peneliti sebagai berikut:
Peneliti
Alasan Menggunakan Media
Rubin (1981)
Menghabiskan waktu, menemani, kesenangan, perlarian, kenikmatan, interaksi sosial, relaksasi, memperoleh informasi, dan belajar mengenai muatan tertentu.
McQuil et al. (1972)
Pengalihan perhatian, hubungan interpersonal, identitas personal, dan pengawasan.
Katz et al. 1973)
Keterhubungan dan keterpisahan dengan orang lain

3. Tahap ketiga, peneliti tertarik menghubungkan alasan khusus untuk pengguna media dengan variabel seperti kebutuhan, tujuan, dan konsekuensi pengguna media, dan faktor individual. Dalam usaha ini peneliti bekerja untuk membuat teori ini lebih menjelaskan dan dapat diprediksi.

3.      Asumsi Teori
Banyak asumsi Kegunaan dan Gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh para pencetus pendekatan ini (Katz, Blumler, & Gurevicth, 1974). Mereka menyatakan bahwa terdapat ilmu asumsi dasar teori Kegunaan dan Gratifikasi:
·        Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.
·        Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak.
·        Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasaan kebutuhan.
·        Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai keguaan tersebut kepada para peneliti.
·        Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat nilai oleh khalayak.

4.      Prinsip-prinsip Konsepsional Teori
a.       Khalayak aktif
Teori yang didasarkan pada asumsi bahwa konsumen media adalah aktif harus menjelaskan apa yang dikatakan sebagai “khalayak aktif”. Mark Levy Sven Windahl (1985) menjawab masalah ini dengan cara­­ dipahami secara umum oleh peneliti gratifikasi, istilah “aktivitas khalayak” merujuk pada orientasi sukarela dan selektif oleh khalayak terhadap proses komunikasi. Singkatnya, hal ini menyatakan bahwa  penggunaan media dimotivasi oleh kebutuhan dan tujuan yang didefenisikan oleh khalayak itu sendiri, dan bahwa partisipasi aktif dalam proses komunikasi mungkin difasilitasi, dibatasi, atau mempengaruhi kepuasaan dan pengaruh yang dihubungkan dengan eksposur. Pemikiran terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas khalayak paling baik dikonseptualisasikan sebagai sebuah variabel kontruk, dengan khalayak mempertunjukkan sebagai jenis dan tingkat aktivitas. (hal. 110)
b.      Pengaruh Media
Sven Windahl (1981) menyebutkan kombinasi teori Kegunaan dan Gratifikasi dan pengaruh tradisi menjadi istilah model “ kegunaan dan dampak”. Begitu pula, Phillip Palmgreen, Lawrence Wenner, dan Karl Rosengren (1985) menulis bahwa “berbagai kepuasan khalayak berhubungan pada sebuah spectrum efek media yang luas, termasuk pengetahuan, ketergantungan, sikap, persepsi realitas sosial, penetapan agenda, diskusi, dan berbagai variabel pengaruh politik” (hal. 31).
Katz dan koleganya (1974) menulis bahwa “situasi sosial” dimana orang menemukan diri mereka “terlibat dalam menghasilkan kebutuhan yang berhubungan dengan media” (hal. 27) dalam lima cara, yaitu:
1.      Situasi sosial dapat menghasilkan ketegangan dan konflik, menuntun pada tekanan untuk meredakan hal ini melalui konsumsi media. Maksudnya, kita hidup di dunia, dan peristiwa-peristiwa di dalamnya dapat memaksa kita untuk mencari media dan muatan tertentu.
2.      Situasi sosial dapat menghasilkan sebuah kesadaran akan masalah yang meminta perhatian, informasi mengenai apa saja yang bisa didapatkan dari media.
3.      Situasi sosial dapat meruntuhkan kesempatan hidup yang sesungguhnhya untuk memuaskan kebutuhan tertentu, dan media dapat menjadi pengganti atau suplemen.
4.      Situasi sosial sering kali memunculkan nilai tertentu, dan afirmasi serta penekanan mereka dapat difasilitasi oleh konsumsi materi media yang berkaitan.
5.      Situasi sosial menuntut kefamiliaran dengan media, tuntunan ini harus dipenuhi untuk mempertahankan keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu.

c.       Kegunaan dan Gratifikasi dan Media baru
Banyak peneliti dan konsumen media yakin kita akan mengubah cara kita menonton televisi dan menggunakan media secara umum di waktu yang akan datang. Seperti menonton video di internet. Adanya penemuan dari vidio game dapat memuaskan motivasi yang dimiliki responden seperti: tantangan, pengalihan, fantasi, kompetisi, dan interaksi sosial. Sherry dan koleganya menemukan bahwa remaja memainkan video game dengan temannya dan melihat permainan ini sebagai waktu untuk berkumpul dan berhubungan dengan orang lainnya. Adapun media baru seperti internet yaitu digunakan untuk mencari informasi dan berinteraksi tanpa tatap muka melalui internet, penemuan internet yang menjelasakan mengenai Kegunaan dan Kultivasi ini diprediksi oleh Zizi Papacharissi dan Alan Rubin (2000). Walaupun internet sebagai media baru, internet bersinggungan dengan media tradisional dalam hal Kegunaan dan Gratifikasi, ini diamati oleh John Dimmick, Yan Chen, dan Zhan Li (2004).
5.      Kritik dan Evaluasi Teori
Kegunaan dan Gratifikasi, seperti yang dikenal, berbeda, dan sangat berpengaruh pada tahun 1970 dan 1980-an. Paradigm pengaruh yang terbatas sedang goyah pada saat itu, dan teoretikus media membutuhkan sebuah kerangka yang dapat mereka gunakan untuk membahas keberadaan dampak media yang nyata tanpa harus menyimpang terlalu jauh dari keortodoksan keilmuan. Ini bukan alasan mengapa Katz, Blunner, dan Gurevitch merumuskan pendekatan ini, tetapi ini merupakan alasan mengapa pendekatan ini memiliki karakter tertentu.
Dua faktor lain yang membentuk bagaimana teori ini dulu akan datang sekarang digunakan. Pertama adalah prinsip kesederhanaan dalam perkembangannya. Pencipta teori ini adalah ilmaun politik dan sosiolog, jadi mereka berfokus pada kampanye informasi dan politik. Karenanya, peneliti teori Kegunaan dan Gratifikasi tradisional mempelajari bagaimana orang menggunakan informasi yang diberikan media.
Heurisme
            Ketika menerapkan kriteria evalutif dri Bab 3, dapat dilihat bahwa sifat heuristic teori dipertanyakan lagi. Penelitian telah berlangsung selama beberapa decade, dan teori ini membingkai sejumlah kajian penelitian. Selain perintis awal teori ini seperti Katz, Blumler, dan Gurevitch serta koleganya, lainnya menggunakan teori dan pemikiran teori dalam penelitian mengenai penggunaan komputer rumah (Perse & Courtwright, 1993; Perse & Greenberg Dunn, 1988), remote control (Bellany & Walker, 1996; Ferguson, 1992), dan internet (Morris & Ogan, 1996).
            Teori Kegunaan dan Gratifikasi akan di evaluasi berdasarkan dua kriteria lainnya: kegunaan dan konsistensi logis.
·        Kegunaan
Teori ini dikritik karena beberapa pemikiran utamanya mungkin dapat dipertanyakan. Jika konsep kunci dari teori goyah, kemudian teori menjadi tidak berguna, teori ini tidak menjelas apapun. Pemikiran mengenai khalayak yang aktif, yang merupakan hal yang penting dalam Kegunaan dan Gratifikasi, telah dipertanyakan oleh beberapa kritikus.
Beberapa peneliti (Kubey & Csikszentmihalyi, 1990) menyatakan bahwa orang melaporkan bahwa kegiatan menonton televisi mereka secara khusus adalah pasif dan membutuhkan sedikit konsentrasi. Selanjutnya, teori ini tampaknya terlihat lebih berfokus pada konsumen media yang memiliki akal sehat, seseorang yang tidak menerima semuanya yang diberikan oleh media. Teori mempertimbangkan fakta bahwa individu mungkin mempunyai pertimbangan atas semua pilihan yang ada dalam mengosumsi media.
·        Konsistensi Logis
Dennis McQuail ( 1984) yakin bahwa teori tersebut kukurangan koherensi teoritis. Ia berpikir bahwa beberapa terminology teori ini membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Ia mencatat bahwa teori ini berlalu bergantung pada penggunaan media yang fungsional, karena terdapat waktu dimana media dapat menjadi ceroboh dan tidak hati-hati.

6.      Kesimpulan Teori
Teori Kegunaan dan Gratifikasi mempunyai latar belakang adanya pemilihan media massa oleh masyakat yang bagus konsumsi menurut mereka . Terdapat lima asumsi teori Kegunaan dan Grafitasi ini yaitu mengenai khalayak yang aktif dan penggunakan media yang berorientasi pada tujuan cukup jelas, menghubungkan kepuasaan akan kebutuhan pada pilihan terhadap sebuah media yang berada di tangan khalayak, media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan akan kebutuhan berarti bahwa media dan khalayak tidak berada dalam kevakuman, masalah metodologis mengenai kemampuan peneliti mengumpulkan informasi yang andal dan akurat dari konsumen media, dan mengenai tentang khalayak. Teori ini mendapatkan kritikan dalam segi heurisme, kosistensi logis, dan kegunaannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar