BAB
22 dan 23
Analisis
Kultivasi dan Teori Kegunaan dan Gratifikasi
Mata
Kuliah : Teori Komunikasi
Dosen
Pengampu : DR. Nurdin, MA
DI
SUSUN
OLEH
Kelompok
9
M.
Iqbal Harahap
Wama
Ramaita
Mukriadi
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015
BAB 22
ANALISIS KULTIVASI
(Berdasarkan Penelitian George Gerbner)
1.
Latar
Belakang Teori
Televisi merupakan bagian yang sama pentingnya dalam pengalaman
manusia di Amerika Serikat dengan keluarga. Seluruh Negara bagian kita, orang
menonton berbagai macam program televisi, mulai dari opera sabun hingga
C-SPAN. Merespons keberadaan televisi di
dalam masyarakat lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, George Gerbner dan
koleganya Lawrence Gross (1972) menyatakan bahwa orang menonton televisi seakan
mereka sedang berada dalam gereja, kecuali mereka menonton televisi dengan
lebih religius.
Dalam mengawali apa yang kemudian akan dikenal dengan sebagai
Analisis Kultivasi, mereka sedang membuat argument kausal (causal
argument). Analisis Kultivasi adalah sebuah teori yang memprediksi dan
menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dan pesan-pesan media. Garis
pemikiran Gerbner dalam Analisis Kultivasi menunjukkan bahwa komunikasi massa,
terutama televisi, mengultivasi keyakinan tertentu mengenai kenyataan yang
dianggap sebagai suatu yang umum oleh konsumen komunikasi massa.
Pada tahun 1970-an, pandangan Gerbner bahwa pesan-pesan media
mengubah pemikiran tradisional mengenai waktu, ruang, dan pengelompokan sosial
merupakan tantangan langsung terhadap pemikiran yang saat itu ada bahwa media
memiliki sedikit, jika ada, pengaruh terhadap individu dan budaya. Analisis
Kultivasi dikembangkan sebagai respons terhadap paradigm dampak terbatas yang
dominan pada masa itu.
2.
Prosedur
dan Mekanisme Teori
Pengembangan Analisis Kultivasi
Gerbner pertama kali
menggunakan istilah Kultivsi pada tahun 1969, tetapi Analisis Kultivasi,
sebagai teori yang unik dan berpengaruh, tidak muncul dalam beberapa tahun.
Teori ini berevolusi seiring waktu melalu serangkaian langkah-langkah metodologis
dan teoritis yang dilakukan oleh Gerbner dan koleganya, dan hal ini menunjukkan
perkembangan tersebut.
Selama masa 1960-an, minat terhadap dampak media, terutama dampak
televisi, sangat tinggi. Pemerintah federal mengkhawatirkan dampak media terhadap
masyarakat, terutama kontribusi media yang mungkin menaikkan tingkat kekerasan
di kalangan kaun muda. Tugas Gerbner adalah untuk menghasilkan sebuah Indeks
Kekerasan (Violence Index), sebuah analisis isi tahunan yang di lakukan untuk
menganalisis sampel mingguan mengenai isi dari prime-time televisi jaringan yang akan diputar, dari
musim ke musim, seberapa kekerasan yang sebenarnya ada di televisi.
3.
Asumsi
Teori
Asumsi teori Analisis Kulitivasi yaitu sebagai berikut:
a.
Keunikan
dari Televisi
Televisi adalah satu-satunya medium yang pernah diciptakan yang
tidak memiliki batasan usia. Maksudnya, orang dapat menggunakannya dalam
tahun-tahun awal dan akhir dari kehidupan mereka, dan juga tahun-tahun
diantaranya. Televisi berada di dalam lebih 98 persen rumah di Amerika serikat.
Keunikan televisi adalah televisi tidak membutuhkan kemampuan membaca,
sebagaimana media cetak. Televisi tidak seperti film, televisi pada dasarnya
gratis (selain biaya yang dikeluarkan pertama kali untuk pesawat dan biaya
iklan yang ditambahkan para produk-produk yang kita beli). Televisi tidak
seperti radio, televisi mengombinasikan gambar dan suara. Televisi tidak
membutuhkan mobilitas, sebagaimana pergi ke tempat ibadah minsalnya, atau pergi
ke bioskop atau teater.
b.
Dampak
dari Televisi
Berbara Wilson dan koleganya (Wilson, Martin, & Marske, 2005)
menemukan bahwa orang tua yang memberikan perhatian besar pada berita televisi
berpikir bahwa anak-anak mereka memiliki resiko penculikan yang lebih besar
dibandingkan orang tua yang lebih jarang menonton televisi. Berdasarkan asumsi
ini, Analisis Kultivasi memberikan cara pemikiran alternative mengenai
kekerasan dalam TV. Beberapa teori, seperti teori pembelajaran Sosial-Social
Learning Theory (Bandura, 1977), mengasumsikan bahwa kita cenderung melakukan
kekerasan setelah terpapar kekerasan itu sendiri. Pendekatan lain,seperti
pemikiran mengenai katarsis, menyatakan bahwa menonton kekeraskan akan
membersihkan diri kita dari dorongan untuk melakukan kekerasan dan tindakan
melakukan kekerasa menjadi berkurang. Analisis Kultivasi tidak menyatakan
mengenai apa yang kita lakukan berdasar menonton televisi yang penuh kekerasan
melainkan, teori ini mengasumsikan bahwa menonton televisi yang penuh dengan
kekerasan akan membuat kita merasa takut karena televisi menanamkan di dalam
diri kita dunia yang kejam dan berbahaya.
c.
Dampak
dari Televisi terbatas
Asumsi ini terdengar aneh, namun kontribusi kepada budaya yang dapa
diamati, diukur, daan idependen relatif kecil. Ukuran dari dampak jauh lebih tidak
penting dibandingkan dengan arah ari kontribusinya yang berkelanjutan (Gerbner
Gross, Morgan, & Signorielli, hal. 14). Argumen ini menyatakan bahwa
dampak dari televisi tidak memiliki
konsekuensi. Sebaliknya, walaupun dampak televisi terhadap budaya yang dapat
diukur, diamati, dan idependen pada suatu titik waktu tertentu mungkin terlihat
kecil, dampak ini tetapi tetap saja ada dan signifikan. Lebih lanjut, Gerbner
dan koleganya menyatakan bahwa ini bukan merupakan kasus dimana menonton
tayangan program televisi tertentu akan menyebabkan suatu perilaku tertentu,
tetapi menonton secara umum memiliki dampak yang kumulatif dan menyebar luas
terhadap pandangan mengenai dunia.
4.
Prinsip-prinsip
Konsepsional Teori
Proses dan Produk Analisis Kultivasi
1.
Proses
Empat Tahap
a.
Tahap
pertama: analisis sistem pesan, terdiri atas analisis isi mendetail dari
pemograman televisi untuk menunjukkan presentasai gambar, tema, nilai, dan
penggambaran yang paling sering berulang dan kosisten.
b.
Tahap
kedua: formulasi pertanyaan mengenai realitas sosial penonton,
melibatkan penyusunan pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan
sehari-hari mereka.
c.
Tahap
ketiga: menyurvei khalayak, mensyaratkan bahwa pertanyaan-pertanyaan
dari tahap kedua diberikan kepada anggota khalayak dan bahwa para peneliti
menanyakan para penonton ini mengenai level komsumsi televisi.
d.
Tahap
keempat: memandingkan realitas sosial dari penonton kelas berat dan kelas
ringan. Pononton kelas berat adalah yang paling sering mononton dari sekelompok
sampel yang diukur, sementara pononton kelas ringan adalah mereka yang paling
sedikit menonton.
2.
Pangarustamaan
dan Resonansi
Cara memberikan kontribusi pada konsepsi penonton mengenai realitas
sosial yaitu:
Cara pertama adalah pangarustamaan. Pangarustamaan (mainstreaming)
terjadi ketika, terutama bagi penonton kelas berat, simbol televisi mendominasi
sumbwer informasi lainnya dan ide mengenai dunia. Karena menonton televisi
terlalu banyak, kontruksi realitas sosial seserang bergerak kearah mainstream.
Pangarustamaan berarti bahwa para penonton televisi kelas berat dari kobudaya
(budaya pendamping) yang berbeda cenderung untuk memiliki keyakinan mengenai
dunia yang sama dengan anggota dari kelompok kobudaya yang berbeda. “perbedaan
yang biasanya dihubungkan dengan berbagai kareakteristik budaya, sosial, dan
budaya, sosial, dan politik dari kelompok-kelompok ini dkurangi di dalam
respons para penonton kelas berat di dalam kelompok-kelompok ini” (hal. 183).
Cara kedua adalah Resonansi. Resonansi terjadi ketika hal-hal di dalam televisi, dalam
kenyataannya, kongruen dengan realitas keseharian para penonton. Dengan kata
lain, realitas eksternal objektif penonton beresonansi dengan realitas dunia
yang penuh kekerasan di televisi beresonansi di lingkungan perumahan mereka
yang mulai kacau.
3.
Indeks
Dunia yang Kejam
Hasil dari Analisis kultivasi adalah Indeks Dunia yang Kejam
(Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli) , yang terdiri atas tiga
pernyataan:
·
Kebanyakan
orang berhati-hati untuk diri mereka sendiri.
·
Anda
tidak dapat terlalu hati-hati dalam berususan dengan orang.
·
Kebanyakan
orang akan mengambil keuntungan dari Anda jika mereka memilki kesempatan.
Gerbner dan koleganya (1980) menunjukkan efektivitas Indeks Dunia
yang Kejam mereka dalam sebuah kajian yang menunjukkan bahwa penonton kelas berat cenderung melihat
dunia sebagai tempat yang kejam dibandingkan penonton kelas ringan. Gerbner dan
koleganya juga mengindentifikasi beberapa area lain dimana kedua jenis penonton
ini akan memiliki pebedaan. Mereka memasukkan keyakinan merek mengenai
kecenderungan keterlibatan dalam kejahatan dengan tindak kekarasan, rasa takut
mereka saat berjalan pada malam hari, dan presepsi mereka mengenai penegak
hukum.
Analisis Kultivasi sebagai Teori Kritis
Analisis kultivasi
telah memberikan kontribusi penting pada pemikiran konmporer mengenai
komunikasi massa. Horace Newcomb (1978), salah seorang komentator awal mengenai
Analisis Kultivasi, menulis mengenai Gerbner dn kolega-koleganya: “Perkiraan
mereka untuk mengumpulkan data dengan dasar sistematis dan jangka waktu
panjang, untuk keluar dari laboratorium dan menjauh dari model ekspresimental
tertutup, akan membuat peneliti lainnya mampu menghindari kesalahan yang fatal.
Materi mereka sangat kaya akan informasi” (hal.281).
Analisis kultivasi
adalah teori yang kritis, sebagaimana yang dibahas dalam bab 3, karena teori
tertarik dengan cara komunikasi memperbesar dominasi dari satu kelompok
terhadap kelompok lainnya (Littlejohn & Joss, 2005). Analisis Kultivasi,
sebagai teori yang kritis, mempelajari institusi sosial yang sangat penting
(televisi) dalam hal bagaimana ia menggunakan fungsi penceritaan kisahnya untuk
kepentingan satu pihak dibandingkan kepentingan seluruh masyarakat yang lebih
luas.
5.
Kritik
dan Penutup
Gerbner dan koleganya telah begitu berpengaruh dalam
mengindentifikasi televisi sebagai kekuatan pembentuk di dalam masyarakat.
Analisis Kultivasi membantu menjelaskan implikasi dari kebiasaan menonton, dan
teori ini telah menjadi teori yang begitu popular dalam penelitian komunikasi
massa. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jennings Bryant dan Dorina
Miron (2004) yang menyurvei hampir 2.000 artikel yang diterbitkan oleh tiga
jurnal komunikasi massa terkemuka sejak tahun 1956, Analisis Kultivasi adalah
teori ketiga yang paling banyak digunakan setelah Uses and Grafications dan
Agenda Setting.
Heurisme
Ketika membahas
Analisis Kultivasi berdasarkan kriteria dari Bab 3, ditemukan bahwa teori ini
cukup baik dalam hal heurisme. Contohnya, Analisis Kultivasi telah
diaplikasikan pada kejahatan (Signorielli, 1990), ketakutan akan menjadi korban
(Sparks & Ogles, 1990), sikap terhadap rasisme (Allen & Hatchett,1986),
perasaan teralienasi (Morgan, 1986), kecemasan (Zilman & Wakshlg, 1985), sterotip
gender (Carveth & Alexsnder, 1985; Preston, 1990), kekayaan (Potter, 1991),
orang lanjut usia (Gerbner et al., 1980), sterotip Amerika (Tan, 1982),
kebebasan sipil (Carlson, 1983), perceraian (Potter, 1991), materialism (Reimer
& Rosengren, 1990), nilai (Potter, 1993), isu (Molitor, 1994; Potter, 1991,
dan TV berbahasa Spanyol (Glascock & Ruggerio, 2004).
Analisis kultivasi
telah dikritik berkaitan dengan beberapa kriteria lainnya, termasuk konsistensi
logis, kegunaan dan pengujian waktu berjalan.
·
Konsistensi
logis
Para kritikus yang mencari kesalahan dalam konsistensi logis
Analisis Kultivasi melihat bahwa metode-metode yang digunakan oleh para
peneliti CA tidak sesuai dengan jangkauan konseptual teori ini. Mereka melihat
bahwa penelitian yang mendukung Analisis Kultivasi menggunakan metode sosial
ilmiah yang biasanya dihubungkan dengan prespektif transmisional dan penemuan
dampak terbatas. Tetapi, Analisis Kultivasi mempelajari pertanyaan budaya yang
lebih besar yang biasanya yang ditanyakan oleh para humanis. Horace Newcomb
(1978) menulis bahwa, “lebih dari usaha penelitian lain dalam area kajian
televisi, karya Gerbner dan Gross dan kolega mereka duduk tepat pada
persimpangan dari ilmu sosial dan humaniora”, (hal. 265).
·
Kegunaan
CA juga dikritik karena klaim-klaimnya tidak selalu berguna didalam
menjelaskan fenomena yang ingin diteliti: bagaimana orang memandang dunia.
Pertama, Newcomb (1978) berargumen bahwa kekerasan tidak menampilkan secara
seragam ditelevisi sebagaimana diasumsikan oleh CA, jadi televisi tidak dapat
bertanggung jawab sepenuhnya untuk menumbuhkan perasaan realitas yang sama bagi
semua penonton.
·
Pengujian
dan Waktu Berjalan
Sebagaimana telah kita lihat, CA bersifat heuristic, tetapi
terdapat dua isu yang mulai menentang toeri ini setelah tiga puluh tahun
munculnya. Pertama, kajian-kajian yang didasarkan pada prinsip-prinsipnya gagal
untuk menemukan hasil yang konsisten dengan prediksi-prediksi CA. Leo Jeffer,
David Atkin, dan Kimberly Neuendorf (2001) misalnya, menemukan bahwa penonton
televisi kelas berat justru memiliki keragaman pendapat mengenai isu-isu publik
dan tidak mengarahkan persepsi orang ke dalam mainstream sebagaimana
diprediksikan oleh CA.
Kedua, sebgaimana
diamati oleh James Shanahan dan Michael Morgan (1990), zaman dan penggunaan
media berubah: “ketika semakin banyak orang tumbuh bersama televisi, sangat
mungkin bahwa akan menjadi sangat sulit untuk membedakan antara penonton kelas
ringan dan penonton kelas berat.
6.
Kesimpulan
Teori
Teori Analisis Kultivasi ini muncul di latarbelakangi adanya
aktivitas masyarakat menonton, seperti penonton sedang dan penonton berat.
Dalam pengembangan Analisis Kultivasi, banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh
aktivitas menonton masyakat pada masa 1960-an, adanya kontribusi kenaikan
tingkatan kekerasan.Asumsi Analisis Kultivasi yaitu, keunikan dari televisi, dampak dari
televisi, dan dampak dari televisi terbatas. Proses dan Produk Analisis
Kultivasi didalamnya terdapat proses empat tahap, pangarustamaan dan resonansi,
dan indeks dunia yang kejam. Analisis kultivasi ini dianggap sebagai teori yang
kritis karena fungsi penceritaan kisahnya dipentingkan untuk satu pihak
dibandingkan kepentingan masyarakat luas. Teori ini mendapatkan kritikan dalam
segi heriusme, kosistensi logis, kegunaannya, dan pengujian waktu berjalan.
BAB 23
TEORI KEGUNAAN DAN GRATIFIKASI
(Berdasarkan Penelitian Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael
Gurevicth)
1.
Latar
Belakang Teori
Semua orang ketika berurusan dengan media massa selalu
diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Sebelum mengambil keputusan mengenai
media massa yang akhirnya dipilih untuk dikonsumsi, orang-orang selalu
diperhadapkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pada awal media massa (er
korn, radio, dn film), teori masyarakat massa menyatakan bahwa adalah korban
tak berdaya dari kekuatan media massa. Namun teori ini di tentang karena orang
tidak secara langsung dipengaruhi media; namun ketika mereka dipengaruhi, tidak
akan dipengaruhi secara sama.
Selanjutnya muncul teori Pengaruh Terbatas yang menyatakan bahwa
pengaruh media dibatasi oleh aspek-aspek tertentu dari kehidupan personal dan sosial
khalayak. Pendektan pertama dari teori ini melihat kekuatan media dibentuk oleh
faktor-faktor personal seperti kecerdasan dan penghargaan diri, contoh orang
pintar adalah orang yang mampu bertahan dari dampak media yang tak diinginkan.
Pendekatan kedua melihat kekuatan media terbatas oleh sosialisasi anggota
khalayak dan afiliasi kelompok. Dengan demikian orang memiliki sedikit pilihan
pribadi dalam menginterprestasikan makna pesan yang dikonsumsi serta pengaruh
pesan terhadap dirinya. Namun Elihu Katz, Jay. G. Blummer, dan Michael
Gurevicth datang dengan pemikiran mengenai peran anggota khalayak dalam proses
komunikasi massa yang dirumuskan dan teori Kegunaan dan Gratifikasi.
2.
Prosedur
dan Mekanisme Teori
Tahapan Dalam penelitian Kegunaan dan Gratifikasi
Teori Kegunaan dan Gratifikasi adalah perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi (Maslow,
1970). Dalam teori kebutuhan dan motivasi, Abraham Maslow menyatakan bahwa
orang seorang secara aktif beusaha untuk memenuhi hierarki kebutuhannya. Setelah
mereka memperoleh tujuan yang mereka cari pada suatu tingkat hierarki, merek
dapat bergerak ke tahap berikutnya. Gambaran mengenai manusia sebagai seseorang
yang aktif, berusaha untuk memuaskan kebutuhannya, sesuai dengan ide yang
dibawa Katz, Blumler, dan Gurevitch kedalam kajian mereka mengenai bagaimana
manusia mengonsumsi komunikasi massa.
Tahapan penelitian Kegunaan dan Gratifikasi oleh Herta Herzorg
(1994), yaitu:
1.
Tahap
awal, dia beruhasa membagi alasan-alasan orang melakukan bentuk-bentuk yang
berbeda mengenai perilaku media, seperti membaca surat kabar dan mendengarkan
radio.
2.
Tahap
kedua, dimulai ketika para peneliti
mulai menciptakan tipologi yang mewakili semua alasan yang dimiliki orang
menggunakan media. Alasan para peneliti sebagai berikut:
Peneliti
|
Alasan
Menggunakan Media
|
Rubin (1981)
|
Menghabiskan
waktu, menemani, kesenangan, perlarian, kenikmatan, interaksi sosial,
relaksasi, memperoleh informasi, dan belajar mengenai muatan tertentu.
|
McQuil et
al. (1972)
|
Pengalihan
perhatian, hubungan interpersonal, identitas personal, dan pengawasan.
|
Katz et al.
1973)
|
Keterhubungan
dan keterpisahan dengan orang lain
|
3. Tahap ketiga, peneliti tertarik menghubungkan alasan khusus
untuk pengguna media dengan variabel seperti kebutuhan, tujuan, dan konsekuensi
pengguna media, dan faktor individual. Dalam usaha ini peneliti bekerja untuk
membuat teori ini lebih menjelaskan dan dapat diprediksi.
3.
Asumsi
Teori
Banyak asumsi Kegunaan dan Gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh
para pencetus pendekatan ini (Katz, Blumler, & Gurevicth, 1974). Mereka
menyatakan bahwa terdapat ilmu asumsi dasar teori Kegunaan dan Gratifikasi:
·
Khalayak
aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.
·
Inisiatif
dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat
pada anggota khalayak.
·
Media
berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasaan kebutuhan.
·
Orang
mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif
sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai keguaan tersebut
kepada para peneliti.
·
Penilaian
mengenai nilai isi media hanya dapat nilai oleh khalayak.
4.
Prinsip-prinsip
Konsepsional Teori
a.
Khalayak
aktif
Teori yang didasarkan pada asumsi bahwa konsumen media adalah aktif
harus menjelaskan apa yang dikatakan sebagai “khalayak aktif”. Mark Levy Sven
Windahl (1985) menjawab masalah ini dengan cara dipahami secara umum oleh
peneliti gratifikasi, istilah “aktivitas khalayak” merujuk pada orientasi
sukarela dan selektif oleh khalayak terhadap proses komunikasi. Singkatnya, hal
ini menyatakan bahwa penggunaan media
dimotivasi oleh kebutuhan dan tujuan yang didefenisikan oleh khalayak itu
sendiri, dan bahwa partisipasi aktif dalam proses komunikasi mungkin
difasilitasi, dibatasi, atau mempengaruhi kepuasaan dan pengaruh yang
dihubungkan dengan eksposur. Pemikiran terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas
khalayak paling baik dikonseptualisasikan sebagai sebuah variabel kontruk,
dengan khalayak mempertunjukkan sebagai jenis dan tingkat aktivitas. (hal. 110)
b.
Pengaruh
Media
Sven Windahl (1981) menyebutkan kombinasi teori Kegunaan dan
Gratifikasi dan pengaruh tradisi menjadi istilah model “ kegunaan dan dampak”.
Begitu pula, Phillip Palmgreen, Lawrence Wenner, dan Karl Rosengren (1985)
menulis bahwa “berbagai kepuasan khalayak berhubungan pada sebuah spectrum efek
media yang luas, termasuk pengetahuan, ketergantungan, sikap, persepsi realitas
sosial, penetapan agenda, diskusi, dan berbagai variabel pengaruh politik”
(hal. 31).
Katz dan koleganya (1974) menulis bahwa “situasi sosial” dimana
orang menemukan diri mereka “terlibat dalam menghasilkan kebutuhan yang
berhubungan dengan media” (hal. 27) dalam lima cara, yaitu:
1.
Situasi
sosial dapat menghasilkan ketegangan dan konflik, menuntun pada tekanan untuk
meredakan hal ini melalui konsumsi media. Maksudnya, kita hidup di dunia, dan
peristiwa-peristiwa di dalamnya dapat memaksa kita untuk mencari media dan
muatan tertentu.
2.
Situasi
sosial dapat menghasilkan sebuah kesadaran akan masalah yang meminta perhatian,
informasi mengenai apa saja yang bisa didapatkan dari media.
3.
Situasi
sosial dapat meruntuhkan kesempatan hidup yang sesungguhnhya untuk memuaskan
kebutuhan tertentu, dan media dapat menjadi pengganti atau suplemen.
4.
Situasi
sosial sering kali memunculkan nilai tertentu, dan afirmasi serta penekanan
mereka dapat difasilitasi oleh konsumsi materi media yang berkaitan.
5.
Situasi
sosial menuntut kefamiliaran dengan media, tuntunan ini harus dipenuhi untuk
mempertahankan keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu.
c.
Kegunaan
dan Gratifikasi dan Media baru
Banyak peneliti dan konsumen media yakin kita akan mengubah cara
kita menonton televisi dan menggunakan media secara umum di waktu yang akan
datang. Seperti menonton video di internet. Adanya penemuan dari vidio game
dapat memuaskan motivasi yang dimiliki responden seperti: tantangan,
pengalihan, fantasi, kompetisi, dan interaksi sosial. Sherry dan koleganya
menemukan bahwa remaja memainkan video game dengan temannya dan melihat
permainan ini sebagai waktu untuk berkumpul dan berhubungan dengan orang
lainnya. Adapun media baru seperti internet yaitu digunakan untuk mencari
informasi dan berinteraksi tanpa tatap muka melalui internet, penemuan internet
yang menjelasakan mengenai Kegunaan dan Kultivasi ini diprediksi oleh Zizi
Papacharissi dan Alan Rubin (2000). Walaupun internet sebagai media baru,
internet bersinggungan dengan media tradisional dalam hal Kegunaan dan
Gratifikasi, ini diamati oleh John Dimmick, Yan Chen, dan Zhan Li (2004).
5.
Kritik
dan Evaluasi Teori
Kegunaan dan Gratifikasi, seperti yang dikenal, berbeda, dan sangat
berpengaruh pada tahun 1970 dan 1980-an. Paradigm pengaruh yang terbatas sedang
goyah pada saat itu, dan teoretikus media membutuhkan sebuah kerangka yang
dapat mereka gunakan untuk membahas keberadaan dampak media yang nyata tanpa
harus menyimpang terlalu jauh dari keortodoksan keilmuan. Ini bukan alasan
mengapa Katz, Blunner, dan Gurevitch merumuskan pendekatan ini, tetapi ini
merupakan alasan mengapa pendekatan ini memiliki karakter tertentu.
Dua faktor lain yang membentuk bagaimana teori ini dulu akan datang
sekarang digunakan. Pertama adalah prinsip kesederhanaan dalam perkembangannya.
Pencipta teori ini adalah ilmaun politik dan sosiolog, jadi mereka berfokus
pada kampanye informasi dan politik. Karenanya, peneliti teori Kegunaan dan
Gratifikasi tradisional mempelajari bagaimana orang menggunakan informasi yang
diberikan media.
Heurisme
Ketika menerapkan kriteria evalutif dri Bab 3, dapat dilihat bahwa
sifat heuristic teori dipertanyakan lagi. Penelitian telah berlangsung selama
beberapa decade, dan teori ini membingkai sejumlah kajian penelitian. Selain
perintis awal teori ini seperti Katz, Blumler, dan Gurevitch serta koleganya,
lainnya menggunakan teori dan pemikiran teori dalam penelitian mengenai
penggunaan komputer rumah (Perse & Courtwright, 1993; Perse & Greenberg
Dunn, 1988), remote control (Bellany & Walker, 1996; Ferguson,
1992), dan internet (Morris & Ogan, 1996).
Teori Kegunaan dan
Gratifikasi akan di evaluasi berdasarkan dua kriteria lainnya: kegunaan dan
konsistensi logis.
·
Kegunaan
Teori ini dikritik karena beberapa pemikiran utamanya mungkin dapat
dipertanyakan. Jika konsep kunci dari teori goyah, kemudian teori menjadi tidak
berguna, teori ini tidak menjelas apapun. Pemikiran mengenai khalayak yang
aktif, yang merupakan hal yang penting dalam Kegunaan dan Gratifikasi, telah
dipertanyakan oleh beberapa kritikus.
Beberapa peneliti (Kubey & Csikszentmihalyi, 1990) menyatakan
bahwa orang melaporkan bahwa kegiatan menonton televisi mereka secara khusus
adalah pasif dan membutuhkan sedikit konsentrasi. Selanjutnya, teori ini
tampaknya terlihat lebih berfokus pada konsumen media yang memiliki akal sehat,
seseorang yang tidak menerima semuanya yang diberikan oleh media. Teori
mempertimbangkan fakta bahwa individu mungkin mempunyai pertimbangan atas semua
pilihan yang ada dalam mengosumsi media.
·
Konsistensi
Logis
Dennis McQuail ( 1984) yakin bahwa teori tersebut kukurangan
koherensi teoritis. Ia berpikir bahwa beberapa terminology teori ini
membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Ia mencatat bahwa teori ini berlalu
bergantung pada penggunaan media yang fungsional, karena terdapat waktu dimana
media dapat menjadi ceroboh dan tidak hati-hati.
6.
Kesimpulan
Teori
Teori Kegunaan dan Gratifikasi mempunyai latar belakang adanya
pemilihan media massa oleh masyakat yang bagus konsumsi menurut mereka . Terdapat
lima asumsi teori Kegunaan dan Grafitasi ini yaitu mengenai khalayak yang aktif
dan penggunakan media yang berorientasi pada tujuan cukup jelas, menghubungkan
kepuasaan akan kebutuhan pada pilihan terhadap sebuah media yang berada di
tangan khalayak, media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan akan
kebutuhan berarti bahwa media dan khalayak tidak berada dalam kevakuman, masalah
metodologis mengenai kemampuan peneliti mengumpulkan informasi yang andal dan
akurat dari konsumen media, dan mengenai tentang khalayak. Teori ini
mendapatkan kritikan dalam segi heurisme, kosistensi logis, dan kegunaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar