Selasa, 06 Desember 2016

Makalah Struktur Sosial



BAB I
PENDAHUULUAN
            Mengenai istilah struktur sosial di kalangan ahli Indonesia memang belum ada kesepakatan untuk menentukan secara pasti tentang defenisinya. Sebagian parta ahli menganggap bahwa struktur sosial identik dengan penggambaran tentang suatu lembaga sosial, sebagian lain menggambar struktur sosial dengan istilah pranata sosial, bangunan sosial dan lembaga kemasyarakatan. Namun demikian pada dasarnya berbagai pendapat tersebut secara umum mengandung pengertian yang relatif sama : oleh karena itu perbedaan istilah dalam kajian ini disahkan untuk tidak dipersoalkan dengan maksud agar terhindar dari kesalahpahaman.
            Dalam antropologi sosial, konsep struktur sosial sering dianggap sama dengan organisasi sosial, terutama apabila dihubungkan dengan masalah kekerabatan dan kelembagaan atau hukum pada masyarakat yang tergolong bersahaja. Dalam sosiologi, struktru sosial sering digunakan untuk menjeklaskan tentang keteraturan sosial, yaitu menunjuk pada prinsip perilaku yang berulang – ulang dengan bentuk dan cara yang sama. Psikologis dari hubungan – hubungan sejumlah anggota dalam kelompok kecil. Pada bagian selanjutnya akan dipaparkan kajian lebih lanjut mengenai struktur sosial dan peranannya.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Struktur Sosial
            Mengenai istilah struktur sosial di kalangan ahli di Indonesia memang belum ada kesepakatan untuk menentukan secara pasti tentang defenisinya. Sebagian para ahli menganggap struktur sosial identik dengan pengambaran tentang suatu lembaga sosial, sebagian lain mengartikan sebagai pranata sosial, bangunan sosial, dan lembaga kemasyarakatan.
            Menurut Firth ( Soejono Soekanto : 1983 ), organisasi sosial berkaitan dengan piliahan dan keputusan hubungan – hubungan sosial aktual. Struktur sosial yang lebih fundamental yang meberikan batas – batas pada aksi – aksi yang mungkin dilakukan secara organisator. Sedangkan menurut E.R Leach, menetapkan konsep tersebut pada cita – cita tentang distribusi kekuasan diantara orang – orang dan kelompok – kelompok.
            Koentjraningrat menjelaskan bahwa sturktur sosial adalah kerangka yang dapat menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Sementara itu Soeleman B. Taneko menjelaskan bahwa struktru sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur – unsur sosial yang pokok, yakni kaidah – kaidah sosial, lembaga – lembaga – lembaga sosial, kelompok – kelompok sosial serta lapisan – lapisan sosial.
            Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa struktur sosial mencakup berbagai hubungan sosial antara individu – individu secara tertentu pada waktu yang ditentukan merupakan keadaan statis dari sistem sosial. Jadi struktur sosial tidak hanya mengandung unsur kebudayaan belaka, melainkan sekaligus mencakup seluruh prinsip – prinsip hubungan – hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil. Sedangkan Person memandang struktur sosial sebagai aspek yang relatif statis daripada aspek fungsional dalam suastu sistem sosial.
            Dengan tidak mengurangi unsur pengertian dari struktur sosial, maka secara singkat struktur sosial diartikan sebagai tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamanya terkandung hubungan timbal balik anatara status dan peranan dengan batas – batas perangkat unsur – unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.

B.     Ciri – Ciri Struktur Sosial
            Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan beberapa ciri umum dari struktur sosial :
a.       Struktur sosial mengacu pada hubungan – hubungan sosial yang pokok yang dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat ; memberikan batas – bats pada aksi-aksi yang kemungkinan besar dilakukan secara organisatoris. Konsep struktur sosial diterapkan pada setiap totalitas, seperti lembaga – lembaga, kelompok dan proses sosial. Struktur sosial di satu pihak dapat berupa hubungan – hubungan sosial antar anggota kelompok masyarakat, di pihak lain stuktur sosial merupakan ketetapan daripada cita – citra tentang distribusi kekuasaan di antara anggota – anggota masyarakat tertentu.
b.      Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial anatara individu –individu pada saat tertentu. Oleh karena itu maka struktur sosial dapat disebut sebagai aspek non proses dari sistem sosial, yang pada intinya adalah situasi statis dari sistem sosial. Struktur sosial merupakan kerangka acuan yang utama dalam setiap studi tentang keteraturan hubungan – hubungan sosial dalam masyarakat.
c.       Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dpat dilihat dari sudut padanng teoritis. Artinya dalam setiap meneliti tentang kebudayaan selayaknya diarahkan pada pemikiran terhadap berbagai derajat dari susunan sosialnya. Dengan demikian struktur sosial dapat dipandang sebagai suatu kenyataan empiris yang ada pada setiap saat terjadi hubungan sosial antar manusia. Struktur sosial merupakan abstaraksi dari kenyataan yang menyangkut kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya tidak terlepas dari perilaku, perasaan, dan kepercayaan, disamping menyangkut kehidupan yang aktual.
d.      Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis atau kenyataan yang membeku, sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai tubuhnya yang berbentuk struktur. Jadi struktur sosial adalah aspek statis dari suatu proses atau fungsionalisasi dari sistem sosial.


e.       Struktur merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yakni : pertama, dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan, kedua, dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap penghentian stabilitas, keteraturan,dan integrasi, berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidapkuasan dalam tubuh masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan untuk melukiskan keteraturan sosial atau keteraturan elemen – elemen dalam kehidupan masyarakat.
            Dari beberapa ciri struktur sosial sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyrakat yang merupkan penjaringan daripada unsur – unsur sosial yang pokok.
            Menurut Soejono Soekanto, unsur – unsur sosial adalah sebagai berikut :
a.       Kelompok sosial
b.      Kebudayaan
c.       Lembaga Sosial
d.      Stratifikasi Sosial
e.       Kekuasaan dan Wewenang

C.    Komponen dan Struktur Sosial
1)      Status dan Peranan
            Status dan kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang – orang lainnya dalam kelompok ini atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok – kelompok lainnnya di dalam kelompok yang lebih besar. Adapun kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang – orang lain, di dalam lingkungan pergaulannya, prestise (harga diri) dan hak-hak serta kewajibannya. Dengan demikian, tanpa ada orang lain maka tidak akan ada status sosial, sebab status sosial terjadi akibat dari struktur sosial yanbg secara normatif menempatlan seseorang di dalam posisi sosial tertentu berdasarkan kualifikasi pribadinya sehubungan kualifikasi orang – orang disekitarnya.
           

Jika dilihat proses memperolehnya, kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.       Kedudukan seseorang yang diperoleh dari bawahan (ascribed status) yang diantaranya kedudukan yang bersifat biologis seperti gender, dan kedudukan yang bersifat historis seperti keturunan pejabat tinggi, keturunan raja, dan sebagainya.
b.      Kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau dengan disengaja ( achieved status ), seperti seseorang yang karena kegigihannya ia berhasil meraih gelar sarjana dari gelar tersebut menyebabkan ia diterima bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji yang tinggi.
            Pernanan merupakan pola tindakan atau perilaku yang diharapkan dari orang memiliki status tertentu, artinya jika seseorang melakukan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menajalankan peranan. Dalam hal ini, peranan dan kedudukan merupakan suatu kesatuan tidak terpisahkan karena kesalingtegantungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, dalam kehidupan sosial tidak ada kedudukan tanpa peranan dan tidak ada peranan tanpa kedudukan. Setiap orang memiliki peranan yang berasal dari pola – pola pergaulan hidupnya, sehingga antara peranan dan kedudukan tersebut menentukan apa yang diperbuat dan kesempatan – kesempatan yang dapat diambil dari kehidupan masyrakat tersebut.
            Dengan demikian, peranan mengatur pola – pola perilaku seseorang dan batasan – batasan tertentu pada perilaku di dalam pola – pola kehidupan sosial. Oleh karena itu, hubungan sosial yang ada dalam masyarakat adalah hubungan antar peranan – peranan individu di dalam kehidupan kelompok. Peranan – pernanan tersebut diatur oleh norma – norma yang berlaku di dalam masyarakat.
2)      Lembaga Sosial
            Proses pembentukan lembaga sosial tidak terlepas dari sifat struktur sosial itu sendiri di mana struktur sosial merupakan susunan komponen sosial yang saling mendukung kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Ada lembaga sosial yang terbentuk dengan sendirinya, tanpa tahu dari mana asal usul sejarah pembentukannya. Misalnya lembaga adat yang menghasilkan berbagai tatanan kelakuan masyarakat terbentuk secara tidak sengaja. Akan tetapi da juga lembaga sosial yang secara resmi atau formal sengaja dibentuk sesuai kebutuhan masyarakat saaat itu.
            Keberadaaan lembaga kepolisian misalnya, tentu tidak lepas dari situasi dan kondisi saat itu yang berkaitan dengan banyaknya pelanggaran atas nilai dan  norma sosial sehingga membutuhkan keberadaan lembaga yang mengurus ketertiban masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat semua orang.
            Memang di dalam realitas sosial ada nilai dan norma yang selalu menjadi pedoman perilaku anggota masyarakatnya. Akan tetapi adanya nilai dan norma sosial sebagai patokan tata kelakuan tersebut ternyata belum cukup memberikan kekuatan  mengikat pada anggota – anggota masyarakatnya.
            Dalam kelompok sosial tidak semua orang berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya. Ada beberapa di antara anggota masyarakat yang berperilaku tidak sejalan dengan harapan – harapan kelompok. Sementara itu di pihak lain harapan akan kehidupan sosial yang konformis masih tetap menjadi keinginan kehidupan sosial bersama. Untuk itulah maka masyarakat membentuk lembaga sosial baik secara formal maupun secara informal dengan tujuan mengikat perilaku anggota – anggota agara berperilaku sesuai dengan harapan kelompok tersebut. Dengan demikian, lembaga sosial adalah alat untuk mengikat perilaku anggota masyarakat agar berperilaku sesuai dengan tatanan aturan yang menjadi kesepakatan kelompok sosial.
3)      Pelapisan Sosial
            Tidak semua manusia yang memiliki kualifikasi yang sama. Ada yang tidak bisa mengakses kebutuhan akan benda – benda yang memiliki nilai sosial ekonomi. Ketidak saamaan kualifikasi manusia dalam kehidupan sosial tersebut  melahirkan perbedaan kepemilikan akan benda – benda yang berharga secara sosial ekonomi. Perbedaaan besar kecilnya kemampuan akses atasa dasar tatanan sosial tersebut tanpa disengaja menimbulkan pengelompokan atau dasar perbedaaan kepemilikan benda – benda berharga. Gejala inilah yang akhirnya menimbulkan sistem pelapisan masyarakat secara hierarkis berbentuk piramida mengerucut ke atas. Makin ke atas kelompok tersebut makin mengecil hingga di pucuk piramida tersebut merupakan anggota masyarakatb yang memiliki kualifikasi terbaik di dalam kelompoknya.
           

            Adapun makin ke bawah, maka kelompok tersebut makin besar dengan diisi oleh kelompok – kelompok yang makin rendah pula derajat kualifikasinya. Adapun kualifikasi manusia itu secara alamiah, adalah sebagai berikut : (1) Kaulifikasi positif (2) Kualifikasi negatif. Kualifikasi positif didasarkan pada nilai – nilai positif, seperti : kelompok berharta cukup, kaya, lebih kaya, dan paling kaya ). Kualifikasi negatif didasarkan pada nilai – nilai negatif, seperti : jahat, lebih jahat, dan paling jahat. Adapun pengelompokan secara hierarki ini seacara rill pasti ada di dalam kehidupan sosial, artinya di dalam segala ruang dan waktu sistem pelapisan sosial pasti ada.
4)      Kelompok Sosial
            Konsep sosial merupakan akibat dari konsekuensi kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang cendrung berkelompok dengan manusia lainnya. Akan tetapi perbedaan dan persamaan karakter kepribadian, perbedaan kepentingan dan tujuan, perbedaan bahasa, adat istiadat, ras, suku, kegemaran masing – masing individu, dab sevagainya tidak sekedar menyebabkan kecendrungan manusia untuk berkelompok dengan manusia lainnnya sebagai konsekuensi manusia berkedudukan sebagai makhluk sosial, akan  tetapi gejala tersebut mengakibatkan pada pengelompokan manusia atas dasar ciri dan karakter tertentu yang berujung pada in group dan out group feeling. Perasaan kelompok orang dalam dan orang luar ini menimbulkan perbedaan yang cukup tajam sehingga membedakan si A adalah kelompok kami, sedangkan si B bukan kelompok murni.
            Perbedaan kelompok sosial tersebut melahirkan gejala sosial yang memunculkan ketegangan atau kerja sama anatar satu kelompok dengan yang lainnya. Hal itu tergantung kepada keadaan masing – masing kelompok. Jika terjadi perbedaan ciri, watak dan karakter maka itu akan menjadi perekat antara sesamanya untuk melakukan kerja sama.
5)      Dinamika Sosial
            Dinamika sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang membahas tentang perubahan – perubahan ynag terjadi di dalam kehidupan sosial. Objek pemabahsan meliput :
a.      Pengendalian Sosial
            Pengendalian sosial adalah cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan untuk mengajak, mendidik, bahkan memaksa warga msyarakat agar para anggota masyarakat mematuhi norma dan nilai yang berlaku.
            Dalam pengendalian sosial, struktur sosial memiliki alat-alat pengendalian yang berupa nilai-nilai dan norma yang dilengkapi dengan unsur kelembagaanya. Misalnya dalam mengendalikan ketertiban, struktur sosial memiliki alat – alat pengendali, yaitu polisi, hukum, dan alat – alat sanksinya. Untuk mencapai kehidupan sosial yang tertib, struktru sosial memiliki kelembagaan pengendalian seperti agama dan alat – alat agamanya seperti kitab suci, dan ulama.
b.      Penyimpangan Sosial
            Penyimpangan sosial adalah perilaku sekelompok orang yang dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku sehingga dianggap penyimpangan tersebut menimbulkan reaksi – reaksi tertentu sebagai celaan, cemoohan, gunjingan masyarakat, hingga menimbulkan hukuman. Walaupun sudah ada nilai dan norma yang berlaku, tetapi pola kehidupan yang teratur masih sangat sulit untuk dicapai. Hal ini diakibatkan kecendurngan masyarakat yang selalu ingin berperilaku menyimpang.
c.       Mobilitas  Sosial
            Mobilitas sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak atau berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial lainnya baik pergerakan itu mengarah pada gerak sosial dari lapisan sosial bawah bergerak ke atas atau sebaliknya, yaitu bergerak ke bawah. Status atau kedudukan manusia dapat dikatakan dinamis, artinya kedudukan sosial tidaklah konstan, yaitu berubah – ubah, seperti dari tukang becak berubah menjadi pedagang, atau bisa saja dari pedagang jadi bussinessman berubah menjadi salah satu objek bahasan sosiologi.
d.      Perubahan Sosial
            Perubahan sosial dalah pergeseran nilai – nilai, norma – norma sosial, pola – pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.Perubahan sosial disebut juga transformasi sosial. Perubahan sosial mengarah pada pergeseran yang bersifat dari pola – pola kehidupan yang tradisional ke arah modern tetapi ada juga yang justru bergeser dari pola – pola peradaban yang maju ke pola – pola tradisonal atau bahkan mengalami kehancuran. Adapun bentuk perubahan dapat dilihat dari mekanisme perubahan itu sendiri, sebab ada perubahan sosial yang disengaja atau dikehendaki atau direncanakan, ada juga perubahan yang tidak dikehendaki atrau tidak disengaja.
            Perubahan sosial yang dikehendaki sering direncanakan melalui program – program tertentu yang disebut pembangunan, sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki biasanya berasal dari faktor luar (eksternal), seperti bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di Aceh dan Sumatra Barat yang mengubah struktur masyarakatnya.
6)      Masalah Sosial
            Objek kajian sosiologi adalah yang pokok adalah interaksi sosial di dalamnya dibahas berbagai hubungan antar elemen sosial. Hubungan antar elemen ini dipilah menjadi dua, yaitu : keteraturan sosial dan ketidakteraturan sosial. Keadaan sosial dikatakan teratur apabila apabila anatara elemen yangs satu dengan yang lainnya sudah melaksanakan fungsi dan perananannya sesuai nilai dan norma yang berlaku. Keadaan sosial dikatakan tidak teratur apabila antara elemen yang satu dengan yang lain tidak melaksanakan fungsi dan peranannya sesuai nilai dan norma yang berlaku.
            Soejono Soekanto membuat kriteria masalah sosial, diantara :
a.       Faktor ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang dalam hal ini kemisikimnan dibedakan menjadi dua, yakni : kemiskinan struktural dan kemiskinan absolut.
b.      Faktor biologis yang di dalamnya terdapat persoalan yang harus dipecahkan seperti masalah endemis atau penyakit menular sebagaimana terjadi dewasa ini, yakni kasus flu burung, virus SARS, HIV, penyakit kelamin yang menyerang beberapa daerah.
c.       Faktor Psikologis, seperti : depresi, stres, gangguan jiwa, gila, tekanan batin, kesejahteraan jiwa, dan sebagainya.
d.      Faktor sosial dan kebudasyaan, seperti : perceraian, masalah kriminal. Pelecehan seksual, kenakalan remaja, konflikn ras, krisis moneter, dan sebagainya.
            Beberapa Contoh Masalah Sosial
a.      Kemiskinan
            Ketimpangan ekonomi sering kali menimbulkan kejahatan manusia, sebab kemiskinan saling mendorongn manusia untuk melakukan penyimpangan seperti : mencuri, mencopet, merampok, hingga sampai dalam bentuk pembunuhan.


b.      Kejahatan
            Kejahatan tidak hanya dalam konteks perilaku kriminal seperti membunuh atau mencuri saja. Tindakan lain seperti korupsi, penipuan data juga merupakan pembahasan dalam kejahatan.Pemicu kejahatan itu adalah karena tidak terpenuhinya kebutuhan dan hak – haknya. Sehinggs untuk mencapai pemenuhan sksn kebutuhan dan hak – hak tersebut orang melakukan langkah yang kontoversial, yaitu langkah yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.
c.       Disorganisasi Keluarga
            Hal itu disebut juga perpecahan keluarga. Keluarga dikatakan pecah apabila pelaku di dalamnya sudah melakukan perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. Bentuk penyimpangan ; Suami menganiaya istri, anak melawan orang tua, dan sebagainya. Jika fungsi kelurga sudah sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku, maka disorganisasi keluarga tidak akan dapat terelakkan.
d.      Masalah Remaja
            Masalah remaja adalah fase perkembangan anak yang menginjak anatara masa anak – anak ke masa dewasa. Maka tersebut dianggap sebagai masa transisisi. Pada masa itu anak mencari jati dirinya. Seperti terlalu meniru kepiribadian tokoh idolanya, hingga terjerumus ke tingkah laku menyimpang dan kontroversial lainnya. Penyimpangan itu karena jiwa remaja saat itu masih labil.
e.       Perperangan
            Perperangan adalah suatu gejala sosial dimana terdapat lebih dari satu kelompok manusia yang berambisi untuk saling serang demi memperoleh kemenangan. Perang biasanya terjadi karena kelompok yang satu menyinggung persaan kelompok lainnya.
f.       Kelainan Seksual
            Kelainan seksual adalah kecendrungan manusia untuk lebih tertarik kepada lawan jenis. Kelainan seksual berbeda dengan penyimpangan seksual. Peyimpangan seksual lebih fokus pada perilaku seksual di luar norma – norma yang membenarkan tindakan seks, seperti dalam agama, seks boleh dilakukan jika sudah menikah. Penyimpangan seksual sering dilakukan oleh orang gay atau homoseks.
            Penyimpangan seksual bisa saja disebabkan oleh penyimpangan hormon, dimana keadaan fisiknya adalah laki-laki tetapi di dalam jiwanya di dominasi oelh hormon progestetron, maka ia memiliki kecendrungan untuk menjadi homoseksual.
g.      Masalah Kependudukan
            Masalah kependudukan yang pokonya biasanya terfokus pada pertambahan penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Jika tingkat natalitas (kelahiran) tinggi, maka jelas akan menunjukkan pertambahan penduduk, akan tetapi jika angka mortalitas (kematian) menurun, maka hal ini menunjukkan adanya jumlah pengurangan.
            Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk akan berpengaruh pada jumlah produksi sebagai kebutuhan pokok penduduk harus dipenuhi. Jika jumlah penduduk yang kian bertambah tanpa disertai adanya jumlah produksi, maka akan berakibat buruk bagi kehidupan sosial. Dampak yang paling urgen adalah patologi sosial.
h.      Masalah Gender
            Masalah gender, tidak hanay menyangku persoalan jenis kelamin anatar laki – laki dan permpuan. Jenis kelamin selalu merujuk kepada aspek biologis manusia, dimana laki-laki ditandai dengan memiliki jakun, berbadan kekar, dan menghasilkan sperma. Sedangkan untuk perempuan ditandai dengan adanya masa menstruasi atau menghasilkan ovum.
i.        Masalah  Kekerasan
            Pada masa lalu kekerasan dianggap sebagai media untuk melakukan pendisiplinan diri masyarakat. Kekerasan di dunia pendidikan contohnya. Maka banyak terlihat kasus kekerasan guru terhadap murid di kelasnya. Kekerasan ini sangat bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
D.    Lembaga – Lembaga Sosial

1.      Keluarga
            Keluarga adalah atuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Fungsi keluarga adalah untuk berkembang biak, bersosialisasi, menolong, dan melindungi orang tua (jompo). Bentuk keluarga adalah terdiri dari : suami, istri, dan anak. Secara resmi biasanya diikat oleh hubungan perkawinan.
            Secara umum fungsi keluarga adalah pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan, penempatan anak dalam masyarakat, pemuas kebutuhan perseorangan, dan kontrol sosial (William J. Goode : 1983).
a.      Pengaturan Seksual
            Adanya norma yang mengatur  perkawinan. Anak yang tidak jelas ayahnya karena hubungan yang tidak sesuai dengan aturan norma. Makanya kelahiran diluar nikah tidak dibolehkan.
b.      Reproduksi
            Ada sebagian pihak yang memiliki alasan tersendiri dalam memilih kuantitas anak. Orang yang memanfaatkan ilmu kedokterab pro terhadap program KB. Akan tetapi orang yang berpedoman pada agama, amak ia tidak akan melakukan program KB. Bagi mereka banyak anak adalah banyak rezeki.
c.       Sosialisasi
            Manusia bergantung kepada kebudayaan, bukan pada naluri dan insting. Bagaimana seorang anak mengambil pelajaran dari orang tuanya dalam kehidupan bekeluarga.
d.      Pemeliharaan
            Seorang bayi yang baru lahir butuh pemeliharaan yang bagus dari orang tuanya hingga menuju dewasa. Alasannya :
·         Manusia lebih lama dewasanya daripada binatang
·         Tidak mempunyai naluri untuk menyederhanakan penyesuaian dengan lingkungan
·         Memiliki otak yang paling rumit diantara semua hewan.
e.       Penempatan Anak di dalam Masyarakat
            Jika anak tidak memiliki ayah yang syah, hak – hak yang seharusnya ia diterima dalam sisi pengembangan diri tidak akan berjalan. Penempatan sosial ditetapkan oleh masyrakat atas dasar keanggota keluargaan melaluin pemberian orientasi hubungan seperti orang tua, saudara kandung, atau kerabat.


f.       Pemuas Kebutuhan Perseorangan
            Setiap orang memiliki jalinan hubungan emosional yang kuat setelah kelahiran seorang bayi. Banyak survei yang membuktikan bahwa anak yang hidup tidak dibawah bimbingan orang tua mengalami tekanan batin atau kematian sekalipun.
g.      Kontrol Sosial
            Individu yang sudah dewasa membutuhkan sistem nilai sebagai macam tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.
2.      Sekolah
            Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yangb berawal dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.Baik itu sekolah negeri maupun swasta memiliki kedudukan yang sama. Di dunia pendidikan informal anak bisa memahami kondisi sosial yang ada di sekitarnya, Misal : memahami teman dan kepribadian guru atau dosennya.
3.      Masyarakat
            Masayarakat atau society berarti kawan. Artinya saling bergaul. Ini tentu saja karena ada bentuk – bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Dengan adanya saling bergaulndan interaksi karena mempunyai nilai – nilai, norma – norma, cara – cara, dan prosedur merupakan kebutuhan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat isitiadat tertentu, yang bersifat kontiniue dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
E.     Fungsi Struktur Sosial
            Dengan adanya struktru sosial maka individu akan mengetahui batas – batas tertentu dalam melakukan segala aktivitas dalam hidupnya, memberikan pengawasan terhadap segala aktivitas individu atau kelompok tertentu, dan mendisiplinkan individu atau kelompok tertentu.
            Dalam teori sebernetik tentang General System Of Action (Ankie M.M Hoogvelt : 1985), dijelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut syarat – syarat fungsonalnya, yaitu :

a.      Fungsi mempertahankan pola
            Prinsip mempertahankan prinsip – prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh karena itu diorientasikan realitas yang terakhir.
b.      Fungsi intrgrasi
            Jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan anatar unit – unit dari suatu sistem sosial, khusunya yang berkaitan dengan kontribusinya pada organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem.
c.       Fungsi Pencapaian
            Hal ini menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut penetuan tujuan – tujuan yang sangat penting bagi masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapat tujuan – tujuan tersebut.
d.      Fungsi Adaptasi
            Hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme perilaku dan dengan duna fisiko organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian masyarakat terhadap kondisi – kondisi dari lingkungan hidupnya.
           









BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
            Menurut Firth ( Soejono Soekanto : 1983 ), organisasi sosial berkaitan dengan piliahan dan keputusan hubungan – hubungan sosial aktual. Struktur sosial yang lebih fundamental yang meberikan batas – batas pada aksi – aksi yang mungkin dilakukan secara organisator. Sedangkan menurut E.R Leach, menetapkan konsep tersebut pada cita – cita tentang distribusi kekuasan diantara orang – orang dan kelompok – kelompok. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa struktur sosial mencakup berbagai hubungan sosial antara individu – individu secara tertentu pada waktu yang ditentukan merupakan keadaan statis dari sistem sosial. Jadi struktur sosial tidak hanya mengandung unsur kebudayaan belaka, melainkan sekaligus mencakup seluruh prinsip – prinsip hubungan – hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil.  unsur – unsur sosial adalah sebagai berikut : kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, startifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang. Komopenen dan struktur sosial adalah : status dan peran sosial, lembaga sosial, pelapisan sosial, kelompok sosial, dinamika sosial, dan masalah sosial. Adapun berbagai permasalahan sosial adalah : kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah remaja, peperangan, kelainan seksual, masalah kependudukan, masalah gender, dan masalah kekerasan.
B.     Kritikan dan Saran
            Demikianlah uraian sederhana yang  bisa kami jabarkan dalam makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan menjadi buku pegangan sederhana untuk pembaca. Adapun saran dan kritikan dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Sebelumnya kami  mengucapkan terima kasih kepada Ibu Vera Sardila, M.Pd selaku dosen Sistem Sosial Budaya Komunikasi 2.J, anggota kelompok satu, dan teman – teman kelas 2.J atas sumbangan tenaga dan fikirannya untuk membantu kami dalam penulisan makalah ini. Semoga sumbangan moral dan material itu menjadi pahala dan ibadah disisi Allah AWT. Aamiin ya rabbal ‘alamin.



DAFTAR PUSTAKA
Soelaeman, M. Munandar. 2000. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Refika Aditama
Horton, Pabul B dan Chester L. Hunt. 1987. Sosiologi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Abdulsyani. 2002. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara
Kolip, Usman dan Elly M. Setiadi. 2010. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group



           



1 komentar: