Realitas
Sosial dan Konstruksi Sosial
Mata
Kuliah : Sosiologi Komunikasi
Dosen
Pengampu : Toni Hartono, M.SI
DI
SUSUN
OLEH
Kurnia
Sandy
NIM:
11343103818
M.
Iqbal Harahap
NIM:
11343101525
Tesha
Kurnia
NIM:
11443201231
Wama
Ramaita
NIM
: 11343200260
Zulfan
Puaddi
NIM:
11343101967
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Sosiologi
adalah suatu studi ilmiah tentang kehidupan sosial manusia. Sosiologi
mempelajari gejala-gejala sosial dalam masyarakat. Realitas sosial ialah
kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia yang terwujud sebagai
hasil hubungan yang terjalin di antara sesama manusia Untuk dapat melihat
realitas sosial manusia, berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk
kesatuan manusia.
Pada
hakekatnya, manusia diciptakan Tuhan saling berpasang-pasangan dalam hal ini
menunjukan bahwa Manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bangsa
ini pun sangat menjunjung tinggi makna kebersamaan / gotong royong dalam
bermasayarakat. Akan tetapi seiring berkembangnya peradaban kehidupan, Manusia
sudah lagi tidak memperduliakan lingkungan sekitarnya. Keegoisan telah merasuk
dalam diri masyarkat dewasa ini. Hal ini mungkin terjadi karena faktor ekonomi
yang terjadi di Negara ini dan juga struktur sosial yang kacau. Karena Struktur
sosial yang gagal akan menyebabkan terjadinya konflik dalam negara. Maka dari
itu perlu adanya pembekalan ilmu agama dan sosial agar dapat menanggulangi
struktur yang gagal tadi.
Karena bila kita perhatikan dan ditelaah ketika seseorang telah banyak belajar dan memperoleh ilmu serta wawasan yang luas, maka ilmu itu sendiri yang akan merubah suatu pola tingkah laku seseorang itu. Sebagai contoh ketika saya dalam perjalanan dan ternyata saya kehabisan bahan bakar, saya tidak menyangka kalau ada seseorang yang menawarkan bantuannya pada saya agar menggunakan bahan bakar milik motornya, Kesadaran sosila seperti inilah yang sekarang sangat jarang ditemukan di tengah masyarakat kita ini.
Seperti halnya dalam ajaran agama bahwa kita disuruh untuk saling menolong dalam kebaikan, maka realitas sosial keberagamaan juga sangat mendominasi roda kehidupan masyarakat berbangsa. Dalam ajaran agama kita diajarkan untuk saling bertoleransi antar sesama. Ketika seseorang telah memahami benar ajaran agama , maka dia juga seharusnya telah memahami akan kodratnya sebagai manusia sosial.
Karena bila kita perhatikan dan ditelaah ketika seseorang telah banyak belajar dan memperoleh ilmu serta wawasan yang luas, maka ilmu itu sendiri yang akan merubah suatu pola tingkah laku seseorang itu. Sebagai contoh ketika saya dalam perjalanan dan ternyata saya kehabisan bahan bakar, saya tidak menyangka kalau ada seseorang yang menawarkan bantuannya pada saya agar menggunakan bahan bakar milik motornya, Kesadaran sosila seperti inilah yang sekarang sangat jarang ditemukan di tengah masyarakat kita ini.
Seperti halnya dalam ajaran agama bahwa kita disuruh untuk saling menolong dalam kebaikan, maka realitas sosial keberagamaan juga sangat mendominasi roda kehidupan masyarakat berbangsa. Dalam ajaran agama kita diajarkan untuk saling bertoleransi antar sesama. Ketika seseorang telah memahami benar ajaran agama , maka dia juga seharusnya telah memahami akan kodratnya sebagai manusia sosial.
Pada
Kali ini kami pemakalah akan menjelaskan apa itu yang dimaksud dengan realitas
sosial dan kontruksi sosial.
- Rumusan Masalah
a.
Apa saja yang mengenai realitas sosial?
b.
Pembahasan apa saja yang terdapat dalam kontruksi sosial?
- Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui
apa saja mengenai realitas sosial tersebut, seperti konsepsi realitas sosial
dalam sosiologi. Dan untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang kontruksi sosial.
- Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu kita sebagai
manusia bermasyarakat bisa menerapakan dalam kehidupan sehari karena pembahasan
makalah ini mengenai tentang realitas sosial dan kontruksi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
REALITAS
SOSIAL DAN KONTRUKSI SOSIAL
- REALITAS SOSIAL
Realitas
sosial adalah kenyataan yang dapat
kita lihat dalam kehidupan manusia yang terwujud sebagai hasil hubungan yang
terjalin di antara sesama manusia Untuk dapat melihat realitas sosial manusia,
berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk kesatuan manusia.
Konsep-konsep
realitas sosial yang dipelajari oleh sosiologi adalah:
1.
Keluarga
Keluarga
merupakan satuan sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak.
Ketiga unsur itu dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau adopsi yang
membentuk satu rumah tangga. Satu sama lain berinteraksi dengan perannya
masing-masing sebagai anggota keluarga. Selanjutnya, melalui keluarga mereka
mempertahankan sekaligus menciptakan kebudayaan.
Keluarga
termasuk gejala sosial yang bersifat universal. Artinya, dalam masyarakat apa
pun akan dijumpai adanya kesatuan social yang disebut keluarga. Karenanya,
Robert M.Z. Lawang (1985) membuat empat karakteristik keluarga, yaitu:
1. Keluarga terdiri atas orang-orang yang
bersatu karena ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi.
2. Para anggota keluarga biasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga.
3. Merupakan satu kesatuan orang-orang yang
berinteraksi dan berkomunikasi.
4. Keluarga itu mempertahankan suatu
kebudayaan bersama dan sekaligus menciptakan kebudayaan.
Fungsi
keluarga menurut Paul B. Horton dan Chester L Hunt (1996) adalah sebagai
berikut.
1.
Fungsi
pengaturan seksual
Keluarga
mengatur upaya menyalurkan dorongan seksual antara suami dan istri.
2.
Fungsi
reproduksi
Keluarga
memungkinkan terpenuhinya keinginan suami istri untuk mendapatkan anak.
3.
Fungsi
sosialisasi
Keluarga
melakukan sosialisasi nilai dan norma sosial pada anak.
4.
Fungsi
afeksi
Keluarga
memenuhi kebutuhan kasih sayang di antara anggotanya.
5.
Fungsi
penentuan status
Keluarga
menentukan status anak-anak yang lahir di dalamnya.
6.
Fungsi
perlindungan
Keluarga memberi
perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologis bagi anggotanya.
7.
Fungsi
ekonomis
Keluarga
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan anggota.
Adapun
bentuk keluarga,
sebagai berikut :
a. Keluarga inti (Keluarga batih), adalah bentuk keluarga
berdasarkan perkawinan tunggal, yang terdiri dari seorang Bapak, seorang ibu
beserta anak-anaknya.
b. Keluarga besar, adalah bentuk keluarga ,
baik tunggal maupun berdasarkan bentuk perkawinan jamak (poligami) yang terdiri
dari seorang Bapak, beberapa orang ibu atau kebalikannya, atau ditarik dari
satu keturunan dengan seluruh keturunannya. Tugas Keluarga adalah:
1. Tugas sosial biologis (untuk memenuhi
kebutuhan biologis guna melanjutkan keturunan dan menyalurkan kasih sayang).
2. Tugas sosial kultural (sebagai media
pewarisan budaya).
3. Tugas sosial ekonomi (untuk memenuhi
kebutuhan kebutuhan hidup).
4. Tugas sosial religius (sebagai bagian
daripada kehidupan sosial beragama).
2.
Masyarakat
Masyarakat
berarti kumpulan manusia yang relatif permanen, berinteraksi secara tetap, dan
menjunjung suatu kebudayaan tertentu. Ralph Linton seperti dikutip oleh
Soerjono Soekanto (1989), mengartikan masyarakat sebagai semua kelompok manusia
yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dengan batas-batas tertentu.
Menurut
Koentjaraningrat (1985), masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu
dan yang terikat oleh rasa identitas bersama.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara tetap dan
memiliki kepentingan yang sama. Literatur lain memberikan pengertian
tentang masyarakat sebagai sistem sosial, yaitu sebagai organisme yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung karena memiliki
fungsinya masing-masing dalam keseluruhan.
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
a) Harus ada kelompok (kesatuan atau
kolektivitas manusia) yang relatif tetap.
b) Telah berjalan dalam waktu yang cukup
lama dan bertempat tinggal dalam daerah tertentu.
c) Adanya aturan (undang-undang yang
mengatur mereka bersama).
d) Perekrutan
seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
e) Adanya
sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
f)
Kesetiaan pada suatu sistem tindakan
utama secara bersamasama.
g) Akibat
dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu menghasilkan
kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan
kebendaan.
Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai community
(masyarakat setempat) apabila memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
- Adanya beberapa rumah atau rumah tangga yang terkon sentrasi di suatu wilayah geografis tertentu.
- Warganya memiliki taraf interaksi sosial yang terinter grasikan.
- Adanya rasa kebersamaan, yang tidak perlu didasarkan pada hubungan kekerabatan.
3.
Komunitas
Komunitas adalah suatu wilayah kehidupan
sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu.
Unsur-unsur komunitas meliputi :
1. Unsur Seperasaan
Unsur
seperasaan mengakibatkan seseorang berusaha mengidentifikasi dirinya
denganorang orang dalam kelompok tersebut, sehingga semua anggota kelompok
menyebut dirinya sebagai bagian dari komunitas. Perasaan sekelompok mendorong
terwujudnya solidaritas di antara anggota kelompok. Perasaan itu muncul
manakala ada kepentingan yang sama dari anggota kelompok dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2. Unsur Sepenanggungan
Setiap
individu sadar akan peranannya dalam kelompok. Dan, keadaan masyarakat itu
sendiri memungkinkan setiap anggota kelompok untuk menjalankan peranannya.
Kondisi ini memung kinkan anggota kelompok memiliki kedudukan yang pasti dalam
komunitasnya.
3. Unsur Saling Memerlukan
Setiap
anggota suatu komunitas merasakan adanya ketergantungan terhadap komunitasnya,
baik secara material maupun spiritual. Sehingga antaranggota kelompok terjadi
hubungan saling memerlukan.
4.
Perkumpulan /Asosiasi
Asosiasi
atau perkumpulan adalah suatu kehidupan bersama antarindividu dalam suatu
ikatan. Kumpulan orang atau sekelompok individu dapat dikatakan kelompok sosial
apabila memenuhi faktor-faktor sebagai berikut :
(1). Kesadaran
akan kondisi yang sama
(2). Adanya
relasi sosial.
(3). Orientasi
pada tujuan yang telah ditentukan.
Apabila
kelompok sosial dianggap sebagai sebuah kenyataan di masyarakat, maka individu
merupakan kenyataan yang memiliki sikap terhadap kelompok tersebut sebagai
suatu kenyataan subjektif. Di dalam masyarakat yang sudah kompleks, biasanya
individu menjadi kelompok sosial tertentu yang secara otomotis pula menjadi
anggota beberapa kelompok sekaligus, misal atas dasar keturunan, jenis kelamin
atau kekerarabatan tertentu. Keanggotaan mereka dalam kelompok dilakukan secara
individual dengan persyaratan keang-gotaannya secara sukarela. Asosiasi dapat
dikatakan juga sebagai perkumpulan.
Sebagai
contoh perkumpulan wasit/pelatih/instruktur olah raga nasional. Kelompok sosial
dilihat dari bentuknya dapat kita kelompokan sebagai berikut:
- Menurut besar kecilnya kelompok dan jumlah anggotanya:
1.
Small
Group, yaitu kelompok yang terdiri
sekurang-kurangnya dua orang, masing-masing menjalin hubungan untuk mencapai
tujuan tertentu. Contoh, Keluarga inti.
2.
Klik
(Clique), yaitu kelompok kecil yang terbentuk dari suatu kelompok
yang lebih besar, karena frekuensi hubungan yang relative tinggi atau sering
bertemu. Contoh, Sekelompok siswa di kelas.
3.
Cressive
Group, yaitu kelompok yang timbul karena
reaksi spontan, terbentuk karena ketidaksengajaan, memiliki kepentingan yang sama
dan tujuan yang sama, serta tempat tinggal yang berdekatan. Contoh Rukun
tetangga.
4.
Partai,
yaitu kumpulan orang yang mempunyai asas, haluan dan tujuan yang sama. Tujuan
yang dicapai oleh partai adalah untuk kepentingan para anggotanya (public
goals) dan bukan tujuan perorangan (private goals). Contoh, Partai
Keadilan Sejahtera, Partai Nasional Indonesia dan partai-partai politik peserta
pemilu lainnya.
5.
Massa,
yaitu kelompok yang jumlahnya tidak diperhatikan. Contoh Sekelompok orang yang
menolak kedatangan miyabi ke Indonesia.
6.
Publik,
secara umum artinya khalayak ramai. Jumlah dan bentuknya serupa dengan massa.
b. Kelompok Menurut Terbentuknya
Seringkali
kita melihat sekelompok orang yang banyak yang berkelompok, terbentuknya
kelompok ini biasanya tidak disengaja dan tidak disadari tetapi memiliki
kesamaan ciri atau tujuan. Kelompok demikian dapat dilihat dari dasar
terbentuknya yaitu:
- Kelompok semu, kelompok yang tidak teratur dan kelompok sementara.
a) Kerumunan
b) Massa
c) Public
- Kelompok Nyata
a) Kelompok Statistik
b) Kategori sosial
c) Kelompok sosial
d) Kelompok formal
c. Kelompok menurut erat longgarnya ikatan
hubungan para anggotanya
Kelompok
masyarakat ini biasanya didasarkan pada intensitas dan kualitas pertemuan yang
dilakukan oleh anggota kelompok. Lama kelamaam kelompok ini berkembang luas dan
kelompok didasarkan pada erat atau tidaknya hubungan antar para anggota.
1. Kelompok paguyuban (Gemeinschaft)
Kelompok paguyuban adalah
suatu bentuk kehidupan bersama yang tiap-tiap anggota diikat oleh hubungan
batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Dasar hubungannya adalah rasa
cinta dan rasa kesatuan bathin, yang memang telah dikodratkan dan bersifat
nyata dan organis. Contoh Partai Politik, Rukun Warga.
2. Kelompok patembayan (Gesellschaft)
Patembayan
merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek,
terdapat pada hubungan yang bersifat timbal balik, contoh ikatan antar para
pedagang.
3. Kelompok utama (Primary group)
Hubungan
antar individu dalam kelompok yang sangat erat, mereka saling mengenal dan saling
berhubungan langsung (face to face) sehingga sering disebut kelompok
tatap muka (face to face group). Contoh keluarga luas.
4. Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Hubungan
antar individu dalam kelompok ini hampir tidak ada, Kalaupun ada longgar
sekali. Setiap anggota masih mengingat kepentingan sendiri. Hubungan ini
terjadi karena adanya pamrih dan perhitungan laba rugi. Contoh kehidupan
masyarakat di pasar.
d. Kelompok Menurut Sifat dan Skup Aktivitasnya
Kelompok
ini berdasarkan sifat yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok dan lingkup
aktivitas dari pada kelompok ini. Biasanya kelompok ini didasarkan pada sifat
dan aktivitas kekeluargaan.
1. Kelompok kerukunan
Kelompok
ini terdapat sifat rukun dan guyub seperti paguyuban. Dalam berbagai bidang
anggota-anggota kelompok tidak mempunyai pamrih tertentu. Dalam adat Jawa ada
istilah “pirukunan” misalnya “nyumbang” dan tidak mengutamakan untung dan rugi.
Contoh, kerabat, marga dan keluarga.
2. Kelompok Perikatan
Kelompok
perikatan, semua individu yang menjadi anggota mempunyai sifat kerukunan ke
dalam yang erat sekali, rasa setia kawan dan kesatuan yang kuat. Bedanya dengan
kelompok kerukunan ialah hubungan kewibawaan yang ada pada yang memerin-tah dan
yang diperintah. Contoh, Perikatan adat “Rumah Gadang”.
3. Kelompok Persekutuan
Kelompok
kerukunan dan kelompok perikatan merupakan lawan dari kelompok persekutuan.
Kelompok kerukunan dan kelompok perikatan guyubnya hanya ke dalam. Sedangkan
kelompok persekutuan sifat rukunnya ke luar. Individu-individu dalam kelompok
ini koordinasinya sejajar dan titik beratnya serta fungsi terletak pada sudut
kepentingan dan tujuannya.
4. Kelompok Kami atau Kelompok Dalam (In group)
Pada
kelompok ini individu mengidentifikasikan dirinya berdasarkan kepentingan.
Misalnya seorang individu di dalam suatu desa secara tidak langsung menjadi
anggota kelompok kami yang dilawankan dengan warga desa lain sebagai kelompok
lainnya.
5. Kelompok Mereka atau Kelompok Luar (Out group)
Sifat
dalam anggota out group selalu ditandai dengan suatu perbedaan atau lebih
sering dengan pertentangan (antagonisme) dan rasa antipati (tidak suka). Contoh
dalam pertandingan sepak bola, terdapat kelompok luar yaitu kelompok dari
lawan.
6. Formal Group
Sifat
dari kelompok ini adalah resmi, maksudnya memiliki peraturan yang tegas dan
sengaja diciptakan oleh para anggotanya untuk mengatur hubungan di antara
mereka. Setiap anggota memiliki kedudukan, tugas dan kewajiban seperi yang
diatur dalam peraturan yang diciptakan. Contoh, OSIS.
7. Informal Group
Informal Group adalah
kelompok orang yang secara fisikmenjadi anggota kelompok tersebut. Contoh
setiap siswa di sekolah adalah anggota Osis atau siswa berada dikelas X.1
menjadi anggota kelas X.1.
8. Reference group
Kelompok
referensi merupakan kelompok yang menjadi ukuran bagi seseorang yang bukan
anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan kepribadianya. Kelompok
cendikiawan, ulama dan pelajar.
9. Suku bangsa
Suku
Bangsa adalah gabungan sosial yang didasarkan pada kesadaran akan kesamaan
identitas, asal-usul, sejarah, tempat dan perbedaan kebudayaan. Contoh suku
Aceh, Suku Sunda.
- Konstruksi Sosial
Pengertian Kontruksi Sosial
Istilah
konstruksi sosial atas realitas (Social Construction of Reality), menjadi
terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui
bukunya yang berjudul “The Sosial Construction of Reality, A Treatise in the
Sociological of Knowledge” (1996). Ia menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus-menerus
suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.
Kontruksi
sosial merupakan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana
individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan
dialami bersama secara subjektif.
Asal
mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan
konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif
muncul pada abad ini. Dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam
dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya
gagasan-gagasan konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatista Vico,
seorang epistemolog dari Italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme dalam
aliran filsafat, gagasannya telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh
manusia dan sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan tersebut lebih
konkrit lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah informasi, relasi,
individu, substansi, materi esensi dan sebagainya. Ia mengatakan, manusia
adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa
kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan adalah fakta.
Unsur-Unsur
Konstruksi Sosial
Berdasarkan
kenyataan sosial, unsur terpenting dalam konstruksi sosial adalah masyarakat,
yang di dalamnya terdapat aturan-aturan atau norma, baik itu norma adat, agama,
moral dan lain-lain. Dan, semua itu nantinya akan terbentuk dalam sebuah
struktur sosial yang besar atau institusi dan pertemuan. Struktur sosial atau
institusi merupakan bentuk atau pola yang sudah mapan yang diikuti oleh
kalangan luas di dalam masyarakat. Akibatnya institusi atau struktur sosial itu
mungkin kelihatan mengkonfrontasikan individu sebagai suatu kenyataan obyektif
dimana individu harus menyesuaikan dirinya.
- Teori Kontruktivisme
Sejauh
ini ada tiga macam konstruktivisme yaitu:
- Konstruktivisme Radikal
Konstruktivisme
radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran manusia. Kaum
konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan
kenyataan sebagai kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak
merefleksikan suatu realitas ontologisme obyektif, namun sebagai sebuah
realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan
konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada
individu lain yang pasif. Karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya
terhadap pengetahuan itu. Sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya
konstruksi itu.
- Realisme Hipotesis
Dalam
pandangan realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur
realitas yang mendekati realita dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
- Konstruktivisme Biasa
Sedangkan
konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami
pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu
dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas obyek dalam
dirinya sendiri. Dari ketiga konstruktivisme diatas terdapat kesamaan, dimana
konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk
menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara
individu dengan lingkungan atau yang ada disekitarnya. Kemudian individu
membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya itu, berdasarkan
pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, yang oleh Piaget disebut
dengan skema atau skemata. Konstruktivisme macam ini yang oleh Berger dan
Luckman disebut dengan konstruksi sosial.
Berger
dan Luckman memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan kualitas yang
terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being)
yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan
didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata atau real dan
memiliki karakteristik yang spesifik.
Berger
dan Luckman mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau
diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan
institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataannya
semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi.
Obyektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan
oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama.
Pada
tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna
simbolik yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi
legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai
bidang kehidupannya. Pendek kata, terjadi dialektika antara individu
menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika
ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.
Paradigma
konstruksi sosial tumbuh berkat dorongan kaum interaksi simbolik. Paradigma ini
memandang bahwa kehidupan sehari-hari terutama adalah kehidupan melalui dan
dengan bahasa. Bahasa tidak hanya mampu membangun simbol-simbol yang
diabstraksikan dan pengalaman sehari-hari, melainkan juga “mengembalikan”
simbol-simbol itu dan menghadirkannya sebagai unsur yang obyektif dalam kehidupan
sehari-hari.
Asumsi Dasar Teori
Jika kita telaah terdapat beberapa asumsi dasar dari Teori
Konstruktivisme Berger dan Luckmann. Adapun
asumsi-asumsinya tersebut adalah:
- Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial terhadap dunai sosial di sekelilingnya
- Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan
- Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus
- Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Ada
empat asumsi yang melekat pada pendekatan konstruksionis, yaitu:
1.
Dunia ini tidaklah tampak nyata secara
obyektif pada pengamat, tetapi diketahui melalui pengalaman yang umumnya dipengaruhi
oleh bahasa.
2.
Kategori
linguistik yang dipergunakan untuk memahami realitas bersifat situasional,
karena kategori itu muncul dari interaksi sosial dalam kelompok orang pada
waktu dan tempat tertentu.
3.
Bagaimana realitas tertentu dipahami pada
waktu tertentu dan ditentukan oleh konvensi komunikasi yang berlaku pada waktu
itu. Karena itu, stabilitas dan instabilitas pengetahuan banyak bergantung pada
perubahan sosial ketimbang realitas obyektif di luar pengalaman.
4.
Pemahaman
realitas yang terbentuk secara sosial membentuk banyak aspek kehidupan lain
yang penting. Bagaimana kita berpikir dan berprilaku dalam kehidupan
sehari-hari umumnya ditentukan oleh bagaimana kita memahami realitas.
Jika teori-teori sosial tidak menganggap penting atau tidak
memperhatikan hubungan timbal balik (interplay) atau dialektika antara ketiga
momen ini menyebabkan adanya kemandegan teoritis. Dialektika berjalan simultan,
artinya ada proses menarik keluar (eksternalisasi) sehingga seakan-akan hal itu
berada di luar (objektif) dan kemudian ada proses penarikan kembali ke dalam
(internalisasi) sehingga sesuatu yang berada di luar tersebut seakan-akan
berada dalam diri atau kenyataan subyektif.
- Konstruksi sosialnya mengandung dimensi objektif dan subyektif. Ada dua hal yang menonjol melihat realitas peran media dalam dimensi objektif yakni pelembagaan dan legitimasi.
- Pelembagaan dalam perspektif Berger terjadi mulanya ketika semua kegiatan manusia mengalami proses pembiasaan (habitualisasi). Artinya tiap tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi suatu pola yang kemudian bisa direproduksi, dan dipahami oleh pelakunya sebagai pola yang dimaksudkan itu. Pelembagaan terjadi apabila suatu tipikasi yang timbal-balik dari tindakan-tindakan yang sudah terbiasa bagi berbagai tipe pelaku. Dengan kata lain, tiap tipikasi seperti itu merupakan suatu lembaga.
- Sementara legitimasi menghasilkan makna-makna baru yang berfungsi untuk mengintegrasikan makna-makna yang sudah diberikan kepada proses-proses kelembagaan yang berlainan. Fungsi legitimasi adalah untuk membuat obyektivasi yang sudah dilembagakan menjadi tersedia secara obyektif dan masuk akal secara subyektif.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Realitas
sosial ialah kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia yang
terwujud sebagai hasil hubungan yang terjalin di antara sesama manusia Untuk
dapat melihat realitas sosial manusia, berikut ini akan diuraikan satu per satu
bentuk kesatuan manusia.
Konsep-konsep
realitas sosial yang dipelajari oleh sosiologi adalah:
1. Keluarga
2. Masyarakat
3. Komunitas
4. Perkumpulan /Asosiasi
Konstruksi
Sosial
Istilah
konstruksi sosial atas realitas (Social Construction of Reality), menjadi
terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui
bukunya yang berjudul “The Sosial Construction of Reality, A Treatise in the
Sociological of Knowledge” (1996). Ia menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus-menerus
suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.
Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction
of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi
dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki
dan dialami bersama secara subyektif.
Teori Kontruktivisme
Teori
ini dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman, yang berasumsi dasar, yaitu:
- Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial terhadap dunai sosial di sekelilingnya
- Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan
- Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus
- Membedakan
antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas
yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan
(being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara
pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu
nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
- KRITIK DAN SARAN
Penulis
menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan, mungkin banyak kesalahan disana-sini, seperti pembahasan yang
kurang lengkap, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung
agar penulisan makalah untuk kedepan lebih baik dan lengkap. Selain hendaknya
kita mempelajari lebih dalam lai tentang materi realitas sosial dan kontruksi sosial
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Soekanto,
Soerjono. 1990. ”Sosiologi Suatu Pengantar”. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Suparno.
1997. “Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan”. Yogyakarta: Kanisius.
Anwar, Yesmil.
2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama.
ga guna bang*sat
BalasHapus