Sabtu, 16 April 2016

Teori Kepribadian: Abraham Maslow



TEORI KEPRIBADIAN
(Abraham Maslow)
Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi
Dosen Pengampu : Toni Hartono, M.SI
DI SUSUN
OLEH
Wama Ramaita
NIM : 11343200260
Kelas IV Public Relation D


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Setiap makhluk sosial di bumi ini mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, oleh karena itu sangatlah penting bagi kita mempelajari bagaimana bentuk kepribadian tersebut. Setiap manusia pasti mempunyai kepribadian berbeda sekalipun manusia itu dilahirkan dalam satu rahim yang sama dan kembar. Dengan adanya kepribadian berbeda-beda inilah banyak para ahli mencetuskan teori menurut pendapat dan pandangan mereka. Baik dari pengalaman mereka sendiri atau hasil pemikiran mereka. Para ahli yang mencetuskan teori kepribadian seperti Sigmun, Karen Horney, Harry Stack Sulivan, Erich Fromm, Adolf Meyer, Carl Gustav, Gordon W. Allport, Abraham H. Maslow, Ivan Pavlov, John B. Watson, Burrhus Frederick Skinner, Erik Erikson, Jean Piaget, Lawrence Kohlberg, dan James W. Fowler.
Dalam makalah ini saya membahas tentang teori kepribadian Menurut Abraham H. Maslow, karena saya tertarik dengan pembahasannya dan selain itu juga pembahasan makalah yang saya kaji adalah teori ini. Abraham H. Maslow, karena teori ini dia cetuskan karena pengalaman kehidupan yang sangat memprihatinkan.
B.     Rumusan Masalah
A.    Apa Ringkasan Tentang Abraham Maslow?
B.     Apa pengertian Kepribadian dan Teori Kepribadian?
C.     Apa Saja Teori Kepribadian Abraham Maslow?



C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan latarbelakang dan rumusan masalah diatas maka saya mempunyai tujuan dalam menulis makalah ini yaitu mengetahui dan mempelajari tentang kepribadian menurut Abraham Maslow. Dan mengulang kembali dalam sebuah tulisan dalam makalah bertujuan memenuhi tugas individu.
D.    Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini mempunyai manfaat seperti kita banyak mengetahui  bagaimana riwayat hidup dari Abraham Maslow, dan mengetahui apa bentuk teori kepribadian yang dicetuskan oleh Abraham Maslow.



BAB II
ISI
A.    Ringkasan Tentang Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Dia anak sulung dari tujuh bersaudara. Pada waktu Maslow berusia 14 tahun, orang tuanya berimigrasi dari rusia menuju Amerika Serikat. Dalam perjalanan hidupnya, Maslow berkembang dalam iklim keluarga yang kurang menyenangkan. Dia merasa tidak bahagia dan terisolasi, karena orang tuanya tidak memberikan kasih sayang, ayah na bersikap dingin dan tidak akrab, dan sering tidak ada dirumah dalam waktu yang cukup lama. Ibunya seorang yang sangat percaya akan tahyul, yang sering menghukum Maslow gara-gara salah kecil saja. Dia membenci, menolak, dan lebih mencintai saudaranya daripada Maslow.
            Pada suatu hari, Maslow membawa dua anak kucing yang tersesat, ibunya membunuh kedua anak kucing tersebut, kemudian ibunya menampar dan membenturkan kepala Maslow ke tembok. Perlakuan ibunya kepada Maslow memberikan dampak yang serius bagi dirinya, tidak hanya kepada kehidupan emosionalnya, tetapi juga pada pekerjaannya dalam psikologi.
            Dalam suatu tulisannya, Maslow mengemukakan keyakinan yang penuh akan filsafat hidupnya, seluruh penelitian dan perumusan teorinya berakar dari kebencian ibunya. Sejak kecil, Maslow merasa berbedadengan orang lain. Dia merasa malu karena memiliki badan yang kurus dan hidung yang besar. Pada usia remaja, dia merasakan rendah diri yang sangat dalam (inferiorty complex). Dia mencoba untuk mengkompensasinya dengan berusaha semaksimal mungkin untuk meraih pengakuan, penerimaan, dan perhargaan dalam bidang atletik, namun tidak berhasil. Dia kembali bersahabat dengan buku.
            Sejak kecil dan remaja, Maslow sudah senang membaca. Pagi-pagi dia pergi keperpustakaan yang dekat dari rumahnya untuk meminjam buku. Apabila berangkat kesekolah, dia pergi satu jam sebelum masuk kelas. Selama satu jam tersebut dia dipergunakan untuk membaca buku yang dia pinjam dari perpustakaan. Maslow melanjutkan studi ke Universitas Cornel, kemudian ke Universitas Wisconsin bersama sepupunya, Bertha dalam bidang psikologi. Pada usia 20 tahun dia menikah dengan Bertha (berusia 19 tahun). Pernikahan ini membawa kebahagiaan baginya, karena dia merasa memiliki perasaan berharga dan bermakna dalam hidupnya, yang sebelumnya tidak dimilikinya.
Di Wsconsis, dia berkesan sekali dengan psikologi behavioristik dari John B. Watson, seorang penganjur revolusiober untuk menjadikan psikologi sebagai suatu ilmu pengatahuan tentang perilkau (science of behavior). Seperti halnya banyak orang pada tahun 1930-an, Maslow berpendapat bahwa behavioristik dapat memecahkan berbagai masalah. Dia menerima pelatihan dalam psikologi eksperimen, bekerja bersama Harry Harlow dalam mepelajari perilaku monyet.
            Di samping itu, Maslow juga mempelajari hasil karya Freud, psikologi gestalt, filsafat Alfred North Whitehead, dan Henri Bergson. Maslow menerima gelar Ph. D dari Universitas Wisconsin pada tahun 1934. Dia kemudian pindah ke New York, dan menjadi postdoctoral fellowship  yang berada di bawah tanggung jawab E.L Thorndike, di Universitas Columbia. Kemudian dia menjadi pengajar di Brooklyn College sampai dengan tahun 1951. Pada saat bekerja dengan Thorndike, dia mengikuti tes kecerdasan dan bakat skolastik. Thorndike mengatakan kepadanya, bahwa IQ-nya sangat tinggi, yaitu 195, masuk kelompok genius.
            Selama mengajar di New York, dia berkesempatan bertemu dengang Erich Fromm, Karen Horney, Max Max Wertheimer (ahli psikologi gestalt), Alfred Adler, dan Ruth Benedict (Antropolog Amerika). Kekagumannya kepada Benedict dan Wertheimer mendorong dia untuk meneliti “self-actualization” dan merumuskan teori keperibadiaannya.
            Sejak tahun 1951 sampai 1959 dia mengajar di Universitas Brandeis di Waltham Massachussets. Kemudian dia pindah ke California untuk memperdalam filsafat politik, ekonomi, dan estika, yang semua itu memperkaya teorinya, psikologi humanistik. Di akhir kehidupannya, dia menjadi salah seorang ahli psikologi yang popular. Maslow menderita serangan jantung yang menyebabkan kematiannya pada tanggal 8 juni, tahun 1970. Sebelum kematiannya dia menerima banyak perhargaan dari berbagai pihak, dan pada tahun 1967 dia terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika Serikat.
B.     Pengertian Kepribadian dan Teori Kepribadian
a.       Pengertian Kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Inggrisnya disebut “Personality”. kata personality ini sendiri, konon asalnya adalah dari bahasa latin Persona,  yakni yang berarti “Topeng” atau tutup muka, ataupun masker.
Arti semula kepribadian sebagai topeng tersebut pada dasarnya tidak berubah, sebab kepribadian seseorang itu adalah nilai perangsang dari orang itu atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang itu kepada orang lain. Sedangkan arti umum kepribadian sebagai ciri khas dari individu, misalnya gaya bicara, gaya busana, daya tarik, dan sebagainya yang bersifat personal. Pendek kata, dengan ciri – ciri khas tadi maka seseorang berbeda tingkah lakunya dengan orang lain. Dengan kata lain, kepribadian orang yang satu dengan orang lainya pasti berbeda.
            Pengertian Kepribadian Menurut para ahli
·         Menurut Goerge Kelly, kepribadian adalah cara unik dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
·         Menurut Horton, kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, terpramen seseorang.
·         Menurut Cuber, kepribadian adalah gabungan seluruh sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
·         Menurut M. A. Bouwer, kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi kekuatan, dorongan, opini, dan sikap seseorang.
·         Menurut Gordon W. Allport, kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem prediksa fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.

b.      Pengertian Teori Kepribadian
Teori merupakan salah satu unsur penting dari setiap pengetahuan ilmiah atau ilmu, termasuk psikologi kepribadian. Tanpa teori kepribadian usaha memahami perilaku dan kepribadian manusia pasti sulit untuk dilaksanakan. Apakah yang dimaksud dengan teori kepribadian ? Menurut Hall dan Lindzey (Koeswara, 1991 : 5), teori kepriadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia.
Teori kepribadian adalah salah satu aspek atau bagian yang intergral dari disiplin ilmu psikologi yang disusun sebagai upaya memahami manusia.

C.    Teori Kepribadian Menurut Abraham Maslow
a.       Toeri Kebutuhan Bertingkat (Hirarki Kebutuhan)
Abraham Maslow berpendapat bahwa motinasi manusia diorganisasikan kedalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhn dasar sesuatu kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan ini besifat instinktif yang mengaktifkan atau mengarahkan perilaku manusia. Meskipun kebutuhan itu bersifat instinktif namun perilaku yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut sifatnya di pelajari, sehingga terjadi variasi perilaku dari setiap orang dalam cara memuaskannya. Kebutuhan itu mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
1.      Kebutuhan yang lebih rendah dalam hirarki merupakan kebutuhan yang kuat, potensial, dan prioritas, sementara yang lebih tinggi dalam hirarki merupakan kebutuhan yang paling lemah.
2.      Kebutuhan yang lebih tinggi muncul terkahir dalam rentang kehidupan manusia. Kebutuhan fisiologis (biologis) dan rasa aman muncul pada usia anak, kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan muncul pada usia remaja, sementara kebutuhan aktualisasi diri muncul pada usia remaja.
3.      Kebutuhan yang lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup, sehingga pemuasaannya dapat diabaikan. Kegagalan dalam pemuasannnya tidak akan munimbulkan krisis, tidak seperti apabila gagal dalam memenuhi kebutuhan yang lebih rendah. Dengan alasan ini Maslow menyebutkan kebutuhan yang lebih rendah dengan kebutuhan deficitI atau defesiensi. Kegagalan dalam memuaskan kebutuhan ini akan mengakibatkan defesiensi (ketidaknyamanan) dalam diri individu.
4.      Walaupun kebutuhan yang lebih tinggi itu kurang begitu perlu dalam rangka survival, namun kebutuhan itu memberikan kontribusi terhadap survival itu sendiri dan juga perkembangan. Kepuasan yang diperoleh dari kebutuhan yang lebih tinggi itu dapat meningkatkan kesehatan, panjang usia, dan efisiensi biologis. Dengan alasan ini, Maslow menamakan kebutuhan ini dengan kebutuhan perkembangan atau berada (growth or being needs).
5.      Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat, baik bagi fisik mampun psikis. Kondisi ini dapat melahirkan rasa senang, bahagia, dan perasaan, bermakna.
6.      Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan situasi eksternal yang lebih baik (sosial, ekonomi, dan politik) daripada pemuasan kebutuhan yang lebih rendah. Contoh: untuk mengejar aktualisasi diri diperlukan suasana kehidupan member kebebasan untuk berekspresi dan perpeluang.
Menurut Maslow (1970) manusia itu sebagai makhluk yang tidak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas. Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang pada manusia adalah merupakan bawaan, tersusun menurut tingkatan atau bertingkat. Ada pun tingkatan kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah:
1.      Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar manusia  yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis itu antara lain kebutuhan akan makanan, air atau minuman, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperatur, seks, dan kebuthan akan stimulasi sensoris. Karena kebutuhan yang paling mendesak, maka kebutuhan-kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya oleh individu.
Dan jika kebutuhan fisiologis ini tidak dipenuhi atau belum terpuaskan, maka individu tidak logis akan tergerak untuk bertindak memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi. Senbagai contoh, jika kita sedang lapar, maka kita tidak akan bergerak untuk belajar, membuat komposisi musik, atau membangun sesuatu, melainkan hanya berpikir bagaimana bisa makan. Pada saat lapar ini kita dikuasai hasrat untuk memperoleh makanan secepatnya. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini.
2.      Kebutuhan Rasa Aman ( safety and security needs)
Apabila kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan, maka dalam diri individu akan muncul suatu kebutuhan lain sebagai kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan rasa aman. Yang dimaksud oleh Maslow dengan kebutuhan  rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan rasa aman ini sangat nyata dan bisa di amati pada bayi dan anak-anak karena tidak berdayaan mereka.
            Seorang bayi, sebagai contoh, akan memberi respons ketakutan apabila dia secara tiba-tiba mendengar suara keras atau cahaya menyilaukan. Tetapi, dengan pengalaman belajarnya si bayi kemudian hari akan memiliki presepsi bahwa suara keras atau cahaya yang menyilaukan itu bukan hal yang membahayakan, dan karenanya tidak perlu dia takuti. Dengan demikian, dari contoh tersebut kita bisa memperoleh gambaran bahwa, sungguhpun kebutuhan akan rasa aman itu merupakan bawaan, faktor belajar atau pengalaman memiliki pengaruh terhadap pengurangan urgensi kebutuhan akan rasa aman dan peningkatan kemampuan menetralisasi stimulus-stimulus yang menganggu rasa aman. Sebaliknya, peningkatan urgensi atau mendesaknya kebutuhan akan rasa aman itu juga bisa terjadi akibat pengalaman. Sebagai contoh, seorang anak mengalami kecelakan. Akibat dari kecelakaaan ini si anak memiliki rasa takut  terhadap banyak hal, yang pada gilirannya menyebabkan si anak memiliki ke inginan yang kuat untuk dilindungi dan di perhatikan.
            Indikasi lain dari kebutuhan akan rasa aman pada anak-anak adalah ketergantungan. Menurut Maslow, anak-anak akan memperoleh rasa aman yang cukup apabila mereka berada dalam ikatan dengan keluarganya. Sebaliknya, jika ikatan ini tidak ada atau lembah, maka si anak akan merasa kuran aman, cemas dan kurang percaya diri, yang akan mendorong si anak untuk mencari area-area hidup dimana dia akan memperolah ketentraman dan kepastian atau rasa aman.
3.      Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Kayang (belongingness and love needs)
Apabila kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan sudah terpenuhi, maka individu mengembangkan kebutuhan untuk diakui dan disayangi atau dicintai. Kebutuhan ini dapat diekspresikan dalam berbagai cara, seperti: persahabatan, percintaan, atau pergaulan yang lebih luas. Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan, dan curahan kasih sayang dari orang lain, baik dari orang tua, saudara, guru, pimpinan, teman, atau orang dewasa lainnya. Kebutuhan untuk diakui lebih sulit untuk dipuaskan pada suansana masyarakat yang mobilisasinya sangat cepat, terutama di kota besar yang gaya hidupnya sudah bersifat individualistik. Hidup bertetangga, aktif di organisasi, atau persahabatan dapat memberikan kepuasan akan kebutuhan hati.
            Menurut Maslow, kebutuhan pengkuan dan kasih sayang pada masyarakat Amerika Serikat sering terhambat kepuasannya, yang pada gilirannya membentuk lingkaran setan: kegagalan memuaskan kebutuhan pengakuan dan kasih sayang karema mobilitas yang tinggi dan munculnya masalah-masalah pribadi, keluarga, dan masyarakat. Maslow juga mengungkapkan bahwa terbentuknya gang-gang anak muda yang selalu memberontak dan menciptakan kerusuhan, dalam banyak hal didorong oleh kebutuhan yang mendalam untuk memperoleh kontak yang intim dan oleh hasrat untuk menciptakan kebersamaan sejati dalam menghidupi pihak-pihak yang mereka anggap musuh. Musuh-musuh yang dimaksud oleh anak-anak muda itu terutama lembaga-lembaga dan orang-orang yang memiliki kekuasaan atas diri mereka.
            Maslow dengan tegas menolak Freud bahwa cinta dan afeksi itu berasal dari naluri seksual yang disublimasikan. Bagi Maslow, cinta atau kasih sayang dan seks adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Selanjutnya Maslow menegaskan bahwa cinta yang matang menunjuk kepada hubungan cinta yang sehat di antara dua orang lebih, yang didalamnya terdapat sikap saling percaya dan saling menghargai. Maslow juga menekankan bahwa kebutuhan kasih sayang mencangkup untuk mencintai dan dicintai. Mencintai dan dicintai ini, menurut Maslow, merupakan prasyarat bagi adanya perasaan  kebencian, rasa tak berharga dan kehampaan. Maslow akhirnya menyimpulkan, bahwa antara kepuasan cinta afeksi di masa kanak-kanak dan kesehatan mental di masa dewasa terdapat korelasi yang signifikan.
            Abraham Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita. Begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
4.      Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)
Jika seseorang telah merasa dicintai atau diakui maka orang itu maka orang itu akan mengembangkan kebutuhan perasaan berharga. Kebutuhan ini meliputi dua kategori, yaitu: (a) harga diri meliputi kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasi, dan kebebasan (internal); (b) penghargaan dari orang lain meliputi pengakuan, perhatian, prestise, respek, martabat, ketenaran, dan kedudukan (status) (eksternal). Memperoleh kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan individu memiliki rasa percaya diri akan kemampuan dan penampilannya, menjadi lebih kompeten, dan produktif dalam semua aspek kehidupan. Sebaliknya apabila seseorang mengalami kegagalan dalam memperoleh kepuasan atau mengalami lack of self-esteems maka dia akan mengalami rendah diri, tidak berdaya, tidak bersemangat, dan kurang percaya diri akan kemampuannya untuk mengatasi masalah kehidupan yang dihadapinya.
            Maslow menegaskan bahwa rasa harga diri yang sehat lebih didasarkan pada prestasi ketimbang prestise, status, atau keturunan. Dengan perkataan lain, rasa harga diri individu yang sehat adalah hasil usaha individu yang bersangkutan. Dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
5.      Kebutuhan Kognitif (Cognitive Needs)
Secara alamiah manusia memiliki hasrat ingin tahu (memperoleh pengetahuan, atau pemahaman tentang sesuatu). Hasrat ini mulai berkembang sejak usia bayi dan awal masa anak, yang berekspresi sebagai rasa ingin tahunya dalam bentuk pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri maupun lingkungannya. Rasa ingin tahu ini biasanya terhambat perkembangannya oleh lingkungan, baik keluarga maupun sekolah. kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan menghambat pencapaian perkembangan kepribadian secara penuh. Menurut Maslow, rasa ingin tahu ini merupakan ciri mental yang sehat. Kebutuhan kognitif ini diekspresikan sebagai kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari sesuatu atau suasana baru dan meneliti.
6.      Kebutuhan Estetika (Aesthetic Needs)
Kebutuhan estetik (order and beauty) merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni (lukis, rupa, patung, dan grafis), arsitektur, tatabusana,dan tata rias. Di samping itu orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan keteraturan, keserasian, atau keharmonisan dan setiap aspek kehidupannya, seperti dalam cara berpakaian (rapi dengan keterpaduan warna yang serasi), dan pemeliharaan ketertiban lalu lintas. Orang yang kurang sehat mentalnya, atau sedang mengalami ngangguan mentalnya atau sedang mengalami ngangguan emosional, dan stress biasanya kurang apresiatif terhadap  keteraturan dan keindahan.
7.      Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Kebutuhan ini merupakan puncak dari tingkatan atau hirarki kebutuhan manusia yaitu perkembangan atau perwujudan potensi dan kapsitas secara penuh. Maslow perpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk segala Sesutu yang dia mampu untuk menjadi itu. Walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi, namun apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidk mampu menggunakan kemampuan bawaannya secara penuh, maka seseorang akan mengalami kegelisahan, ketidaksenangan, atau frustasi.
            Contoh: jika seseorang memiliki kemampuan potensial dalam bidang music tetapi dia harus bekerja sebagai akutan, atau jika dia sangat berminat dalam studi tetapi disuruh bekerj sebagai pedangang, maka dia akan mengalami kegagalan dalam memenuhi aktualisasi dirinya. Terkait dengan hal ini, Maslow mengemukakan bahwa seorang musikus harus membuat music, seorang pelukis harus melukis, dan seorang sastrawan harus menulis.
            Maslow mencatat bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya berupa penciptaan kreasi atau karya berdasar bakat-bakat atau kemampuan-kemampuan khusus. Orang tua, mahasiswa, dosen, sekretaris, dan buruh pun bisa mengaktualisasikan dirinya, yakni dengan jalan membuat yang terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bentuk pengaktualisasikan diri ini berbeda setiap individu. Hal ini tidak lain disebabkan dan merupakan cerminan dari adanya perbedaan-perbedaan individual. Bagaimanapun Maslow mengakui bahwa untuk mencapai taraf aktualisasi diri atau memenuhi aka aktualisasi diri tidak mudah, sebab upaya kea rah itu banyak sekali hambatannya. Hambatan yang pertama berasal dari dalam diri individu, yakni berupa ketidaktahuan, keraguan, dan bahkan juga rsa takut dari individu untuk mengungkapkan potensi yang dimilikinya, sehingga potensi-potensi itu tetap laten.
            Hambatan yang kedua atas upaya aktualisasi diri itu berasal dari luar atau dari masyarakat. Hambatan masyarakat ini, selain berupa kecenderungan mendepersonalisi individu, juga berupa perepresian sifat-sifat bakat atau potensi-potensi. Hambatan terakhir  atas upaya aktualisasi diri itu berupa pengaruh negative yang dihasilkan oleh kebutuhan yang kuat akan rasa aman. Seperti diketahui, proses-proses perkembangan menuju kematangan menuntut kesedian individu untuk mengambil resiko, membuat kesalahan, dan melepaskan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak kontruktif.
Konsep yang mendasar bagi teori maslow adalah manusia di motivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis tetapi juga psikologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan inti dari kodrat manusia, hanya saja manusia lemah dan mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, kebiasaan atau tradisi yang keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah aspek instrinsik kodrat manusia yang tidak akan mati karena kebudayaan. Suatu kebutuhan dapat dikatakan sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai berikut :
a.       Setidak-hadirannya menimbulkan penyakit
b.      Kehadirannya mencegah timbulnya penyakit
c.       Pemulihannya menyembuhkan penyakit
d.      Dalam situasi tertentu yang sangat komplek dan dimana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya.
e.       Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Suatu catatan yang diberikan oleh Abraham Maslow bahwa meskipun kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, tetapi jangan terlalu kaku menanggapinya, mungkin saja orang yang belum terpenuhi kebutuhan makanannya juga menginginkan rasa aman, atau orang yang belum sempurna rasa amannya juga menginginkan kasih sayang atau orang pada tingkat rendah mungkin akan terpuaskan hanya dengan makanan saja dan seterusnya.


b.      Kepribadian yang Sehat
Maslow bependapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-actualizing person­). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing  person dengan nama metamovation, meta-needs, B—motivation, atau being values (kebutuhan utnuk berkembang). Seseorang telah mampu mengaktulisasika dirinya tidak termotivasi untuk mengejar sesuatu (tujuan) yang khusus, mereduksi ketergangan, atau memuaskan suatu kekurangan. Mereka secara menyeluruh tujuannya akan memperkaya, meperluas kehidupannya dan mengurangi ketegangan melalu bermacam-macam pengalaman yang menantang. Dia berusaha untuk mengembangkan potensinya secara maksimal, dengan memperhatikan lingkungannya. Dia juga berada dalam keadaan menjadi yaitu spontan, alami, dan senang mengekspresikan potensinya secara penuh.
            Sementara motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya, dia namai D-motivation atau Deficiency. Tipe motivasi ini cenderung mengejar hal yang khusus untuk memenuhi kekurangan dalam dirinya, sperti mencari makanan untuk memenuhi rasa lapar. Ini berarti bahwa kebutuhan khusus (lapar) menghasilkan motivasi untuk memperoleh sesuatu yang dirasakan kurang (mencari makanan). Motif ini tidak hanya berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, tetapi juga rasa aman, cinta kasih, dan penghargaan.
            Terkait dengan metaneeds, Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalam memuaskannya akan berdampak kurang baik bagi individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhan yang lainnya, dan juga melahirkan metapatologi yang dapat merintang self-actualizers untuk mengekspresikan, menggunakan, memenuhi potensinya, merasa tidak berdaya, dan depresi. Individu tidak mampu mengindentifikasi sumber penyebab khusus dari masalah yang dihadapinya dan usaha untuk mengatasinya.

Berikut ini dikemukan mengenai ciri-ciri dari metaneeds dan metapatologis.
Metaneeds
Metapatologis
1.      Sikap pecaya
1.Tidak percaya, sinis, dan skeptis
2.      Bijak dan baik
2.Benci dan memuakkan
3.      Indah (estetis)
3.Vulgar dan mati rasa
4.      Kesatuan (menyeluruh)
4.Disintegrasi
5.      Enerjik dan optimis
5.Kehilangan semangat hidup, pasif, dan pesimis
6.      Pasti
6.Kacau dan tidak dapat diprediksi
7.      Lengkap
7.Tidak lengkap dan tidak tuntas
8.      Adil dan altruis
8.Suka marah-marah, dan egois
9.      Berani
9.Rasa tidak aman dan memerlukan bantuan
10.  Sederhana (simple)
10.Sangat kompleks dan membingungkan
11.  Bertanggung jawab
11.Tidak bertanggung jawab
12.  Penuh makna
12.Tidak Tahu makna kehidupan, kehilangan harapan dan putus asa

            Mengenai self-actualizing person, atau orang yang sehat mentalnya, maslow mengemukan ciri-cirinya sebagai berikut:
1)      Mempresepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam menjalaninya,
2)      Menerima dirinya sendiri, orang lain, dan ligkungannya.
3)      Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujur, tidak dibuat-buat dan terbuka.
4)      Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami orang lain).
5)      Bersikap mandiri atau independent.
6)      Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya.
7)      Mencapai puncak pengalaman yaitu suatu keadaan seseorang yang mengalami kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih besifat mistik atau keagamaan.
8)      Memiliki minat sosial: simpati, empati, dan altruis.
9)      Sangat senang menjalani hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan orang lain.
10)  Besikap demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka).
11)   Kreatif (fleksibel, spontan terbuka, dan tidak takut salah).
Pandangan tentang hakikat manusia, Maslow berpendapat manusia itu bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia, kepribadian itu dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan.
            Dalam kaitannya dengan peran lingkungan, khususnya sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow mengemukakan bahwa beberapa upaya yang seharusnya dilakukan oleh sekolah (dalam hal ini guru-guru) yaitu sebagai berikut.
1.      Membantu siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri.
2.      Membantu siswa untuk mengeksplorasikan pekerjaan.
3.      Membantu siswa untuk memahami keterbatasan (nasib) dirinya.
4.      Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai.
5.      Membantu siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga.
6.      Mendorong siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya.
7.      Memfasilitasi siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan rasa diakui).




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Dia anak sulung dari tujuh bersaudara. Pada waktu Maslow berusia 14 tahun, orang tuanya berimigrasi dari rusia menuju Amerika Serikat. Dalam perjalanan hidupnya, Maslow berkembang dalam iklim keluarga yang kurang menyenangkan. Pada tahun 1967 dia terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika. Dan Maslow meninggal dunia pada tanggal 8 Juni 1970.
Abraham Maslow adalah salah seorang yang mencetuskan tentang teori kepribadian Humanistik atau psikologi Humanistik. Di dalam teorinya mengenai tentang tingkatan kebutuhan seperti, kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estetika, dan kebutuhan aktualisasi diri.  Setelah itu Maslow juga menjelaskan bagaimana kepribadian yang sehat, di dalamnya menjelaskan tentang ciri-ciri metaneeds dan metapatologis.
B.     Kritik dan Saran

Penulis menyadari  makalah ini jauh dari kesempurnaan, mungkin banyak kesalahan disana-sini, seperti pembahasan yang kurang lengkap, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung agar penulisan makalah untuk kedepan lebih baik dan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf LN, Syamsu, Juntika Nurihsan. 2009.Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Kuswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT Eressco.
S. Hall, Calvin, Gardner Lindzey. 1993. Psikologi Kepribadian 2 (Teori-teori Holistik). (Diterjemahkan Oleh: Yustinus). Kanisius: Yogyakarta.
Sobur, Alex. 2003. PSIKOLOGI UMUM Dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pusaka Setia.
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo.
S. Friedman, Howard, Miriam W. Schustack. 2008. KEPRIBADIAN Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga
Fest, Jeis, Gregory J. Feist. 2006. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Anwar, Yesmil. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama.
Basuki, Heru A.M. 2008. Pskologi Umum. Jakarta: Univesitas Gunadarma.
Koeswara, E. 1991 Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar