TEORI
KEPRIBADIAN
(Abraham
Maslow)
Mata
Kuliah : Sosiologi Komunikasi
Dosen
Pengampu : Toni Hartono, M.SI
DI
SUSUN

OLEH
Wama
Ramaita
NIM
: 11343200260
Kelas
IV Public Relation D
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Setiap
makhluk sosial di bumi ini mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, oleh karena
itu sangatlah penting bagi kita mempelajari bagaimana bentuk kepribadian
tersebut. Setiap manusia pasti mempunyai kepribadian berbeda sekalipun manusia
itu dilahirkan dalam satu rahim yang sama dan kembar. Dengan adanya kepribadian
berbeda-beda inilah banyak para ahli mencetuskan teori menurut pendapat dan
pandangan mereka. Baik dari pengalaman mereka sendiri atau hasil pemikiran
mereka. Para ahli yang mencetuskan teori kepribadian seperti Sigmun, Karen
Horney, Harry Stack Sulivan, Erich Fromm, Adolf Meyer, Carl Gustav, Gordon W.
Allport, Abraham H. Maslow, Ivan Pavlov, John B. Watson, Burrhus Frederick
Skinner, Erik Erikson, Jean Piaget, Lawrence Kohlberg, dan James W. Fowler.
Dalam
makalah ini saya membahas tentang teori kepribadian Menurut Abraham H. Maslow,
karena saya tertarik dengan pembahasannya dan selain itu juga pembahasan
makalah yang saya kaji adalah teori ini. Abraham H. Maslow, karena teori ini
dia cetuskan karena pengalaman kehidupan yang sangat memprihatinkan.
B.
Rumusan Masalah
A. Apa
Ringkasan Tentang Abraham Maslow?
B. Apa
pengertian Kepribadian dan Teori Kepribadian?
C. Apa
Saja Teori Kepribadian Abraham Maslow?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
latarbelakang dan rumusan masalah diatas maka saya mempunyai tujuan dalam
menulis makalah ini yaitu mengetahui dan mempelajari tentang kepribadian
menurut Abraham Maslow. Dan mengulang kembali dalam sebuah tulisan dalam
makalah bertujuan memenuhi tugas individu.
D.
Manfaat
Penulisan
Penulisan
makalah ini mempunyai manfaat seperti kita banyak mengetahui bagaimana riwayat hidup dari Abraham Maslow,
dan mengetahui apa bentuk teori kepribadian yang dicetuskan oleh Abraham
Maslow.
BAB
II
ISI
A.
Ringkasan
Tentang Abraham Maslow
Abraham
Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Dia
anak sulung dari tujuh bersaudara. Pada waktu Maslow berusia 14 tahun, orang
tuanya berimigrasi dari rusia menuju Amerika Serikat. Dalam perjalanan
hidupnya, Maslow berkembang dalam iklim keluarga yang kurang menyenangkan. Dia
merasa tidak bahagia dan terisolasi, karena orang tuanya tidak memberikan kasih
sayang, ayah na bersikap dingin dan tidak akrab, dan sering tidak ada dirumah
dalam waktu yang cukup lama. Ibunya seorang yang sangat percaya akan tahyul,
yang sering menghukum Maslow gara-gara salah kecil saja. Dia membenci, menolak,
dan lebih mencintai saudaranya daripada Maslow.
Pada suatu hari, Maslow membawa dua
anak kucing yang tersesat, ibunya membunuh kedua anak kucing tersebut, kemudian
ibunya menampar dan membenturkan kepala Maslow ke tembok. Perlakuan ibunya
kepada Maslow memberikan dampak yang serius bagi dirinya, tidak hanya kepada
kehidupan emosionalnya, tetapi juga pada pekerjaannya dalam psikologi.
Dalam suatu tulisannya, Maslow
mengemukakan keyakinan yang penuh akan filsafat hidupnya, seluruh penelitian
dan perumusan teorinya berakar dari kebencian ibunya. Sejak kecil, Maslow
merasa berbedadengan orang lain. Dia merasa malu karena memiliki badan yang
kurus dan hidung yang besar. Pada usia remaja, dia merasakan rendah diri yang
sangat dalam (inferiorty complex). Dia mencoba untuk mengkompensasinya
dengan berusaha semaksimal mungkin untuk meraih pengakuan, penerimaan, dan
perhargaan dalam bidang atletik, namun tidak berhasil. Dia kembali bersahabat
dengan buku.
Sejak kecil dan remaja, Maslow sudah
senang membaca. Pagi-pagi dia pergi keperpustakaan yang dekat dari rumahnya
untuk meminjam buku. Apabila berangkat kesekolah, dia pergi satu jam sebelum
masuk kelas. Selama satu jam tersebut dia dipergunakan untuk membaca buku yang
dia pinjam dari perpustakaan. Maslow melanjutkan studi ke Universitas Cornel,
kemudian ke Universitas Wisconsin bersama sepupunya, Bertha dalam bidang
psikologi. Pada usia 20 tahun dia menikah dengan Bertha (berusia 19 tahun).
Pernikahan ini membawa kebahagiaan baginya, karena dia merasa memiliki perasaan
berharga dan bermakna dalam hidupnya, yang sebelumnya tidak dimilikinya.
Di
Wsconsis, dia berkesan sekali dengan psikologi behavioristik dari John B.
Watson, seorang penganjur revolusiober untuk menjadikan psikologi sebagai suatu
ilmu pengatahuan tentang perilkau (science of behavior). Seperti halnya
banyak orang pada tahun 1930-an, Maslow berpendapat bahwa behavioristik dapat
memecahkan berbagai masalah. Dia menerima pelatihan dalam psikologi eksperimen,
bekerja bersama Harry Harlow dalam mepelajari perilaku monyet.
Di samping itu, Maslow juga
mempelajari hasil karya Freud, psikologi gestalt, filsafat Alfred North
Whitehead, dan Henri Bergson. Maslow menerima gelar Ph. D dari Universitas
Wisconsin pada tahun 1934. Dia kemudian pindah ke New York, dan menjadi postdoctoral
fellowship yang berada di bawah
tanggung jawab E.L Thorndike, di Universitas Columbia. Kemudian dia menjadi
pengajar di Brooklyn College sampai dengan tahun 1951. Pada saat bekerja dengan
Thorndike, dia mengikuti tes kecerdasan dan bakat skolastik. Thorndike
mengatakan kepadanya, bahwa IQ-nya sangat tinggi, yaitu 195, masuk kelompok genius.
Selama mengajar di New York, dia
berkesempatan bertemu dengang Erich Fromm, Karen Horney, Max Max Wertheimer
(ahli psikologi gestalt), Alfred Adler, dan Ruth Benedict (Antropolog Amerika).
Kekagumannya kepada Benedict dan Wertheimer mendorong dia untuk meneliti “self-actualization”
dan merumuskan teori keperibadiaannya.
Sejak tahun 1951 sampai 1959 dia
mengajar di Universitas Brandeis di Waltham Massachussets. Kemudian dia pindah
ke California untuk memperdalam filsafat politik, ekonomi, dan estika, yang
semua itu memperkaya teorinya, psikologi humanistik. Di akhir kehidupannya, dia
menjadi salah seorang ahli psikologi yang popular. Maslow menderita serangan
jantung yang menyebabkan kematiannya pada tanggal 8 juni, tahun 1970. Sebelum
kematiannya dia menerima banyak perhargaan dari berbagai pihak, dan pada tahun
1967 dia terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika Serikat.
B. Pengertian Kepribadian dan Teori Kepribadian
a. Pengertian
Kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Inggrisnya disebut “Personality”. kata
personality ini sendiri, konon asalnya adalah dari bahasa latin Persona,
yakni yang berarti “Topeng” atau tutup muka, ataupun masker.
Arti semula kepribadian sebagai topeng tersebut pada dasarnya tidak
berubah, sebab kepribadian seseorang itu adalah nilai perangsang dari orang itu
atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang itu kepada
orang lain. Sedangkan arti umum kepribadian sebagai ciri khas dari individu,
misalnya gaya bicara, gaya busana, daya tarik, dan sebagainya yang bersifat
personal. Pendek kata, dengan ciri – ciri khas tadi maka seseorang berbeda
tingkah lakunya dengan orang lain. Dengan kata lain, kepribadian orang yang
satu dengan orang lainya pasti berbeda.
Pengertian
Kepribadian Menurut para ahli
·
Menurut
Goerge Kelly, kepribadian adalah cara unik dalam mengartikan
pengalaman-pengalaman hidupnya.
·
Menurut
Horton, kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, terpramen
seseorang.
·
Menurut
Cuber, kepribadian adalah gabungan seluruh sifat-sifat yang tampak dan dapat
dilihat oleh seseorang.
·
Menurut
M. A. Bouwer, kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi
kekuatan, dorongan, opini, dan sikap seseorang.
·
Menurut
Gordon
W. Allport, kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem
prediksa fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu
secara khas.
b.
Pengertian
Teori Kepribadian
Teori merupakan salah satu unsur penting dari setiap
pengetahuan ilmiah atau ilmu, termasuk psikologi kepribadian. Tanpa teori
kepribadian usaha memahami perilaku dan kepribadian manusia pasti sulit untuk
dilaksanakan. Apakah yang dimaksud dengan teori kepribadian ? Menurut Hall dan
Lindzey (Koeswara, 1991 : 5), teori kepriadian adalah sekumpulan anggapan atau
konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia.
Teori kepribadian adalah salah satu aspek atau bagian
yang intergral dari disiplin ilmu psikologi yang disusun sebagai upaya memahami
manusia.
C.
Teori
Kepribadian Menurut Abraham Maslow
a. Toeri
Kebutuhan Bertingkat (Hirarki Kebutuhan)
Abraham
Maslow berpendapat bahwa motinasi manusia diorganisasikan kedalam sebuah
hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhn
dasar sesuatu kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya
muncul. Kebutuhan ini besifat instinktif yang mengaktifkan atau mengarahkan
perilaku manusia. Meskipun kebutuhan itu bersifat instinktif namun perilaku
yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut sifatnya di pelajari,
sehingga terjadi variasi perilaku dari setiap orang dalam cara memuaskannya.
Kebutuhan itu mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Kebutuhan
yang lebih rendah dalam hirarki merupakan kebutuhan yang kuat, potensial, dan
prioritas, sementara yang lebih tinggi dalam hirarki merupakan kebutuhan yang
paling lemah.
2. Kebutuhan
yang lebih tinggi muncul terkahir dalam rentang kehidupan manusia. Kebutuhan
fisiologis (biologis) dan rasa aman muncul pada usia anak, kebutuhan akan
pengakuan dan penghargaan muncul pada usia remaja, sementara kebutuhan
aktualisasi diri muncul pada usia remaja.
3. Kebutuhan
yang lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup, sehingga
pemuasaannya dapat diabaikan. Kegagalan dalam pemuasannnya tidak akan
munimbulkan krisis, tidak seperti apabila gagal dalam memenuhi kebutuhan yang
lebih rendah. Dengan alasan ini Maslow menyebutkan kebutuhan yang lebih rendah
dengan kebutuhan deficitI atau defesiensi. Kegagalan dalam memuaskan
kebutuhan ini akan mengakibatkan defesiensi (ketidaknyamanan) dalam diri
individu.
4. Walaupun
kebutuhan yang lebih tinggi itu kurang begitu perlu dalam rangka survival,
namun kebutuhan itu memberikan kontribusi terhadap survival itu sendiri dan
juga perkembangan. Kepuasan yang diperoleh dari kebutuhan yang lebih tinggi itu
dapat meningkatkan kesehatan, panjang usia, dan efisiensi biologis. Dengan
alasan ini, Maslow menamakan kebutuhan ini dengan kebutuhan perkembangan atau
berada (growth or being needs).
5. Pemuasan
kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat, baik bagi fisik mampun psikis.
Kondisi ini dapat melahirkan rasa senang, bahagia, dan perasaan, bermakna.
6. Pemuasan
kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan situasi eksternal yang lebih baik
(sosial, ekonomi, dan politik) daripada pemuasan kebutuhan yang lebih rendah.
Contoh: untuk mengejar aktualisasi diri diperlukan suasana kehidupan member
kebebasan untuk berekspresi dan perpeluang.
Menurut
Maslow (1970) manusia itu sebagai makhluk yang tidak pernah berada dalam
keadaan sepenuhnya puas. Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang pada
manusia adalah merupakan bawaan, tersusun menurut tingkatan atau bertingkat.
Ada pun tingkatan kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah:
1. Kebutuhan
fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan
fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar manusia yang paling mendesak pemuasannya karena
berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup secara
fisik. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis itu antara lain kebutuhan akan
makanan, air atau minuman, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperatur,
seks, dan kebuthan akan stimulasi sensoris. Karena kebutuhan yang paling
mendesak, maka kebutuhan-kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan
pemuasannya oleh individu.
Dan
jika kebutuhan fisiologis ini tidak dipenuhi atau belum terpuaskan, maka
individu tidak logis akan tergerak untuk bertindak memuaskan
kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi. Senbagai contoh, jika kita sedang
lapar, maka kita tidak akan bergerak untuk belajar, membuat komposisi musik,
atau membangun sesuatu, melainkan hanya berpikir bagaimana bisa makan. Pada
saat lapar ini kita dikuasai hasrat untuk memperoleh makanan secepatnya. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan
fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti
bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam
kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah
kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang
individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh
kebutuhan-kebutuhan ini.
2. Kebutuhan
Rasa Aman ( safety and security needs)
Apabila
kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan, maka dalam diri individu akan
muncul suatu kebutuhan lain sebagai kebutuhan yang dominan dan menuntut
pemuasan, yakni kebutuhan rasa aman. Yang dimaksud oleh Maslow dengan
kebutuhan rasa aman ini adalah sesuatu
kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman kepastian, dan
keteraturan dari keadaan lingkungannya. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan
rasa aman ini sangat nyata dan bisa di amati pada bayi dan anak-anak karena
tidak berdayaan mereka.
Seorang bayi, sebagai contoh, akan
memberi respons ketakutan apabila dia secara tiba-tiba mendengar suara keras
atau cahaya menyilaukan. Tetapi, dengan pengalaman belajarnya si bayi kemudian
hari akan memiliki presepsi bahwa suara keras atau cahaya yang menyilaukan itu
bukan hal yang membahayakan, dan karenanya tidak perlu dia takuti. Dengan
demikian, dari contoh tersebut kita bisa memperoleh gambaran bahwa, sungguhpun kebutuhan
akan rasa aman itu merupakan bawaan, faktor belajar atau pengalaman memiliki
pengaruh terhadap pengurangan urgensi kebutuhan akan rasa aman dan peningkatan
kemampuan menetralisasi stimulus-stimulus yang menganggu rasa aman. Sebaliknya,
peningkatan urgensi atau mendesaknya kebutuhan akan rasa aman itu juga bisa
terjadi akibat pengalaman. Sebagai contoh, seorang anak mengalami kecelakan.
Akibat dari kecelakaaan ini si anak memiliki rasa takut terhadap banyak hal, yang pada gilirannya
menyebabkan si anak memiliki ke inginan yang kuat untuk dilindungi dan di
perhatikan.
Indikasi lain dari kebutuhan akan
rasa aman pada anak-anak adalah ketergantungan. Menurut Maslow, anak-anak akan
memperoleh rasa aman yang cukup apabila mereka berada dalam ikatan dengan
keluarganya. Sebaliknya, jika ikatan ini tidak ada atau lembah, maka si anak
akan merasa kuran aman, cemas dan kurang percaya diri, yang akan mendorong si
anak untuk mencari area-area hidup dimana dia akan memperolah ketentraman dan
kepastian atau rasa aman.
3. Kebutuhan
Pengakuan dan Kasih Kayang (belongingness and love needs)
Apabila
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan sudah terpenuhi, maka individu
mengembangkan kebutuhan untuk diakui dan disayangi atau dicintai. Kebutuhan ini
dapat diekspresikan dalam berbagai cara, seperti: persahabatan, percintaan,
atau pergaulan yang lebih luas. Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang
akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau
anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang
lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok
atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan
mempertahankannya. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari
pengakuan, dan curahan kasih sayang dari orang lain, baik dari orang tua,
saudara, guru, pimpinan, teman, atau orang dewasa lainnya. Kebutuhan untuk
diakui lebih sulit untuk dipuaskan pada suansana masyarakat yang mobilisasinya
sangat cepat, terutama di kota besar yang gaya hidupnya sudah bersifat
individualistik. Hidup bertetangga, aktif di organisasi, atau persahabatan
dapat memberikan kepuasan akan kebutuhan hati.
Menurut Maslow, kebutuhan pengkuan
dan kasih sayang pada masyarakat Amerika Serikat sering terhambat kepuasannya,
yang pada gilirannya membentuk lingkaran setan: kegagalan memuaskan kebutuhan
pengakuan dan kasih sayang karema mobilitas yang tinggi dan munculnya
masalah-masalah pribadi, keluarga, dan masyarakat. Maslow juga mengungkapkan
bahwa terbentuknya gang-gang anak muda yang selalu memberontak dan menciptakan
kerusuhan, dalam banyak hal didorong oleh kebutuhan yang mendalam untuk
memperoleh kontak yang intim dan oleh hasrat untuk menciptakan kebersamaan
sejati dalam menghidupi pihak-pihak yang mereka anggap musuh. Musuh-musuh yang
dimaksud oleh anak-anak muda itu terutama lembaga-lembaga dan orang-orang yang
memiliki kekuasaan atas diri mereka.
Maslow dengan tegas menolak Freud
bahwa cinta dan afeksi itu berasal dari naluri seksual yang disublimasikan.
Bagi Maslow, cinta atau kasih sayang dan seks adalah dua hal yang sama sekali
berbeda. Selanjutnya Maslow menegaskan bahwa cinta yang matang menunjuk kepada
hubungan cinta yang sehat di antara dua orang lebih, yang didalamnya terdapat
sikap saling percaya dan saling menghargai. Maslow juga menekankan bahwa
kebutuhan kasih sayang mencangkup untuk mencintai dan dicintai. Mencintai dan
dicintai ini, menurut Maslow, merupakan prasyarat bagi adanya perasaan kebencian, rasa tak berharga dan kehampaan.
Maslow akhirnya menyimpulkan, bahwa antara kepuasan cinta afeksi di masa
kanak-kanak dan kesehatan mental di masa dewasa terdapat korelasi yang
signifikan.
Abraham Maslow percaya bahwa makin lama
makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.
Begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga
kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk
mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian
dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
4. Kebutuhan
Penghargaan (Esteem Needs)
Jika
seseorang telah merasa dicintai atau diakui maka orang itu maka orang itu akan
mengembangkan kebutuhan perasaan berharga. Kebutuhan ini meliputi dua kategori,
yaitu: (a) harga diri meliputi kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan,
prestasi, dan kebebasan (internal); (b) penghargaan dari orang lain meliputi
pengakuan, perhatian, prestise, respek, martabat, ketenaran, dan kedudukan
(status) (eksternal). Memperoleh kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan
individu memiliki rasa percaya diri akan kemampuan dan penampilannya, menjadi
lebih kompeten, dan produktif dalam semua aspek kehidupan. Sebaliknya apabila
seseorang mengalami kegagalan dalam memperoleh kepuasan atau mengalami lack
of self-esteems maka dia akan mengalami rendah diri, tidak berdaya, tidak
bersemangat, dan kurang percaya diri akan kemampuannya untuk mengatasi masalah
kehidupan yang dihadapinya.
Maslow menegaskan bahwa rasa harga
diri yang sehat lebih didasarkan pada prestasi ketimbang prestise, status, atau
keturunan. Dengan perkataan lain, rasa harga diri individu yang sehat adalah
hasil usaha individu yang bersangkutan. Dan merupakan bahaya psikologis yang
nyata apabila seseorang lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang
lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar
dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal
itu telah terpuaskan.
5. Kebutuhan
Kognitif (Cognitive Needs)
Secara
alamiah manusia memiliki hasrat ingin tahu (memperoleh pengetahuan, atau
pemahaman tentang sesuatu). Hasrat ini mulai berkembang sejak usia bayi dan
awal masa anak, yang berekspresi sebagai rasa ingin tahunya dalam bentuk
pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri maupun lingkungannya. Rasa
ingin tahu ini biasanya terhambat perkembangannya oleh lingkungan, baik
keluarga maupun sekolah. kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan menghambat
pencapaian perkembangan kepribadian secara penuh. Menurut Maslow, rasa ingin
tahu ini merupakan ciri mental yang sehat. Kebutuhan kognitif ini diekspresikan
sebagai kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan,
mencari sesuatu atau suasana baru dan meneliti.
6. Kebutuhan
Estetika (Aesthetic Needs)
Kebutuhan
estetik (order and beauty) merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui
kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni
(lukis, rupa, patung, dan grafis), arsitektur, tatabusana,dan tata rias. Di
samping itu orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan keteraturan,
keserasian, atau keharmonisan dan setiap aspek kehidupannya, seperti dalam cara
berpakaian (rapi dengan keterpaduan warna yang serasi), dan pemeliharaan
ketertiban lalu lintas. Orang yang kurang sehat mentalnya, atau sedang mengalami
ngangguan mentalnya atau sedang mengalami ngangguan emosional, dan stress
biasanya kurang apresiatif terhadap
keteraturan dan keindahan.
7. Kebutuhan
Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Kebutuhan
ini merupakan puncak dari tingkatan atau hirarki kebutuhan manusia yaitu
perkembangan atau perwujudan potensi dan kapsitas secara penuh. Maslow
perpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk segala Sesutu yang dia mampu untuk
menjadi itu. Walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi, namun apabila kebutuhan
aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidk mampu
menggunakan kemampuan bawaannya secara penuh, maka seseorang akan mengalami
kegelisahan, ketidaksenangan, atau frustasi.
Contoh: jika seseorang memiliki
kemampuan potensial dalam bidang music tetapi dia harus bekerja sebagai akutan,
atau jika dia sangat berminat dalam studi tetapi disuruh bekerj sebagai
pedangang, maka dia akan mengalami kegagalan dalam memenuhi aktualisasi
dirinya. Terkait dengan hal ini, Maslow mengemukakan bahwa seorang musikus
harus membuat music, seorang pelukis harus melukis, dan seorang sastrawan harus
menulis.
Maslow mencatat bahwa aktualisasi
diri itu tidak hanya berupa penciptaan kreasi atau karya berdasar bakat-bakat
atau kemampuan-kemampuan khusus. Orang tua, mahasiswa, dosen, sekretaris, dan
buruh pun bisa mengaktualisasikan dirinya, yakni dengan jalan membuat yang
terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Bentuk pengaktualisasikan diri ini berbeda setiap individu. Hal ini tidak lain
disebabkan dan merupakan cerminan dari adanya perbedaan-perbedaan individual.
Bagaimanapun Maslow mengakui bahwa untuk mencapai taraf aktualisasi diri atau
memenuhi aka aktualisasi diri tidak mudah, sebab upaya kea rah itu banyak
sekali hambatannya. Hambatan yang pertama berasal dari dalam diri individu,
yakni berupa ketidaktahuan, keraguan, dan bahkan juga rsa takut dari individu
untuk mengungkapkan potensi yang dimilikinya, sehingga potensi-potensi itu
tetap laten.
Hambatan yang kedua atas upaya
aktualisasi diri itu berasal dari luar atau dari masyarakat. Hambatan
masyarakat ini, selain berupa kecenderungan mendepersonalisi individu, juga
berupa perepresian sifat-sifat bakat atau potensi-potensi. Hambatan
terakhir atas upaya aktualisasi diri itu
berupa pengaruh negative yang dihasilkan oleh kebutuhan yang kuat akan rasa
aman. Seperti diketahui, proses-proses perkembangan menuju kematangan menuntut
kesedian individu untuk mengambil resiko, membuat kesalahan, dan melepaskan
kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak kontruktif.
Konsep yang mendasar bagi teori maslow adalah manusia di
motivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh
spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis tetapi juga
psikologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan inti dari kodrat manusia, hanya
saja manusia lemah dan mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar,
kebiasaan atau tradisi yang keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah aspek
instrinsik kodrat manusia yang tidak akan mati karena kebudayaan. Suatu
kebutuhan dapat dikatakan sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Setidak-hadirannya menimbulkan
penyakit
b. Kehadirannya mencegah timbulnya
penyakit
c. Pemulihannya menyembuhkan penyakit
d. Dalam situasi tertentu yang sangat
komplek dan dimana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan
ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya.
e. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau
secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Suatu catatan yang diberikan oleh Abraham Maslow bahwa
meskipun kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, tetapi jangan terlalu kaku
menanggapinya, mungkin saja orang yang belum terpenuhi kebutuhan makanannya
juga menginginkan rasa aman, atau orang yang belum sempurna rasa amannya juga
menginginkan kasih sayang atau orang pada tingkat rendah mungkin akan terpuaskan
hanya dengan makanan saja dan seterusnya.
b. Kepribadian
yang Sehat
Maslow
bependapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia
telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-actualizing
person). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing person dengan nama metamovation,
meta-needs, B—motivation, atau being values (kebutuhan utnuk
berkembang). Seseorang telah mampu mengaktulisasika dirinya tidak termotivasi
untuk mengejar sesuatu (tujuan) yang khusus, mereduksi ketergangan, atau
memuaskan suatu kekurangan. Mereka secara menyeluruh tujuannya akan memperkaya,
meperluas kehidupannya dan mengurangi ketegangan melalu bermacam-macam
pengalaman yang menantang. Dia berusaha untuk mengembangkan potensinya secara
maksimal, dengan memperhatikan lingkungannya. Dia juga berada dalam keadaan
menjadi yaitu spontan, alami, dan senang mengekspresikan potensinya secara
penuh.
Sementara motivasi bagi orang yang
tidak mampu mengaktualisasikan dirinya, dia namai D-motivation atau Deficiency.
Tipe motivasi ini cenderung mengejar hal yang khusus untuk memenuhi kekurangan
dalam dirinya, sperti mencari makanan untuk memenuhi rasa lapar. Ini berarti
bahwa kebutuhan khusus (lapar) menghasilkan motivasi untuk memperoleh sesuatu
yang dirasakan kurang (mencari makanan). Motif ini tidak hanya berhubungan
dengan kebutuhan fisiologis, tetapi juga rasa aman, cinta kasih, dan
penghargaan.
Terkait dengan metaneeds,
Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalam memuaskannya akan berdampak
kurang baik bagi individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhan yang
lainnya, dan juga melahirkan metapatologi yang dapat merintang self-actualizers
untuk mengekspresikan, menggunakan, memenuhi potensinya, merasa tidak berdaya,
dan depresi. Individu tidak mampu mengindentifikasi sumber penyebab khusus dari
masalah yang dihadapinya dan usaha untuk mengatasinya.
Berikut
ini dikemukan mengenai ciri-ciri dari metaneeds dan metapatologis.
Metaneeds
|
Metapatologis
|
1.
Sikap pecaya
|
1.Tidak percaya, sinis, dan skeptis
|
2.
Bijak dan baik
|
2.Benci dan memuakkan
|
3.
Indah
(estetis)
|
3.Vulgar dan mati rasa
|
4.
Kesatuan
(menyeluruh)
|
4.Disintegrasi
|
5.
Enerjik dan
optimis
|
5.Kehilangan semangat hidup, pasif,
dan pesimis
|
6.
Pasti
|
6.Kacau dan tidak dapat diprediksi
|
7.
Lengkap
|
7.Tidak lengkap dan tidak tuntas
|
8.
Adil dan
altruis
|
8.Suka marah-marah, dan egois
|
9.
Berani
|
9.Rasa tidak aman dan memerlukan
bantuan
|
10.
Sederhana
(simple)
|
10.Sangat kompleks dan membingungkan
|
11.
Bertanggung
jawab
|
11.Tidak bertanggung jawab
|
12.
Penuh makna
|
12.Tidak Tahu makna kehidupan,
kehilangan harapan dan putus asa
|
Mengenai self-actualizing person,
atau orang yang sehat mentalnya, maslow mengemukan ciri-cirinya sebagai
berikut:
1) Mempresepsi
kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam
menjalaninya,
2) Menerima
dirinya sendiri, orang lain, dan ligkungannya.
3) Bersikap
spontan, sederhana, alami, bersikap jujur, tidak dibuat-buat dan terbuka.
4) Mempunyai
komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami
orang lain).
5) Bersikap
mandiri atau independent.
6) Memiliki
apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya.
7) Mencapai
puncak pengalaman yaitu suatu keadaan seseorang yang mengalami kegembiraan yang
luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih besifat mistik atau keagamaan.
8) Memiliki
minat sosial: simpati, empati, dan altruis.
9) Sangat
senang menjalani hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan
orang lain.
10) Besikap
demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka).
11) Kreatif (fleksibel, spontan terbuka, dan tidak
takut salah).
Pandangan
tentang hakikat manusia, Maslow berpendapat manusia itu bersifat optimistik,
bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi pengalaman masa
kecil, dan baik. Menurut dia, kepribadian itu dipengaruhi oleh hereditas dan
lingkungan.
Dalam kaitannya dengan peran
lingkungan, khususnya sekolah dalam mengembangkan self-actualization,
Maslow mengemukakan bahwa beberapa upaya yang seharusnya dilakukan oleh sekolah
(dalam hal ini guru-guru) yaitu sebagai berikut.
1. Membantu
siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri.
2. Membantu
siswa untuk mengeksplorasikan pekerjaan.
3. Membantu
siswa untuk memahami keterbatasan (nasib) dirinya.
4. Membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai.
5. Membantu
siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga.
6. Mendorong
siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya.
7. Memfasilitasi
siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan
rasa diakui).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Abraham
Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Dia
anak sulung dari tujuh bersaudara. Pada waktu Maslow berusia 14 tahun, orang
tuanya berimigrasi dari rusia menuju Amerika Serikat. Dalam perjalanan
hidupnya, Maslow berkembang dalam iklim keluarga yang kurang menyenangkan. Pada
tahun 1967 dia terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika. Dan Maslow
meninggal dunia pada tanggal 8 Juni 1970.
Abraham
Maslow adalah salah seorang yang mencetuskan tentang teori kepribadian
Humanistik atau psikologi Humanistik. Di dalam teorinya mengenai tentang tingkatan
kebutuhan seperti, kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif,
kebutuhan estetika, dan kebutuhan aktualisasi diri. Setelah itu Maslow juga menjelaskan bagaimana
kepribadian yang sehat, di dalamnya menjelaskan tentang ciri-ciri metaneeds dan
metapatologis.
B.
Kritik dan Saran
Penulis
menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan, mungkin banyak kesalahan disana-sini, seperti pembahasan yang
kurang lengkap, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung
agar penulisan makalah untuk kedepan lebih baik dan lengkap.
DAFTAR
PUSTAKA
Yusuf
LN, Syamsu, Juntika Nurihsan. 2009.Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Kuswara,
E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT Eressco.
S. Hall, Calvin, Gardner Lindzey. 1993. Psikologi
Kepribadian 2 (Teori-teori Holistik). (Diterjemahkan Oleh: Yustinus).
Kanisius: Yogyakarta.
Sobur, Alex. 2003. PSIKOLOGI UMUM
Dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pusaka Setia.
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi
Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo.
S. Friedman, Howard, Miriam W. Schustack.
2008. KEPRIBADIAN Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga
Fest, Jeis, Gregory J. Feist. 2006. Teori
Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Anwar, Yesmil. 2013. Sosiologi untuk
Universitas. Bandung: PT Refika Aditama.
Basuki,
Heru A.M. 2008. Pskologi Umum. Jakarta: Univesitas Gunadarma.
Koeswara, E.
1991 Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar